Pages

Thursday, September 28, 2006

..ouch..

Dengan perjuangan darah dan air mata (hiperbolis seh..) akhirnya gigi separuh yang sudah dibuang bekas tambalannya itu pun dicabutlah.. Alkisah acara ke dokter gigi ternyata tak bisa diselesaikan dalam satu kali kunjungan..pheww..bu dokter gigi yang cantik tapi judes itu ternyata sudah menjadwalkan pertemuan2 kami selanjutnya..ouch.. Berbeda dengan si mas tukang nggedeblues yang memang sedang rindu pingin ke dokter gigi, bagiku kunjungan kesana sungguh amat menyeksah dan kulakukan dengan ata terpaksah..
Pada kunjungan pertama, si bu dokter gigi yang cantik tapi judes itu langsung memvonis gigiku musti dicabut, heh? lha wong melihat penampakan gigiku juga baru sekali ini jeh, " apa ga bisa dipertahankan lagi dok ?" Si bu dokter gigi yang cantik tapi judes itu lalu diam, tanpa banyak omong dia nulis resep dan surat pengantar untuk foto gigi, "fotonya dibawa kesini besok yah" Sungguh tidak kumunikatip. Setiba di 'studio foto gigi' rupanya gigiku yang memang baru sekalikalinya ini dipoto mungkin masih bingung gimana pose foto yang baik dan benar, alhasil si mas tukang poto giginya musti ngulangin sampe dua kali...hhh.. selesai poto sebetulnya belum terlalu malam cuma karena si ibu dokter gigi yang cantik tapi judes sudah menitahkan untuk kembali besok ya aku manut ajah (alesan..padahal seneng karena eksekusi jadi tertunda hihi)
Keesokan harinya dengan berbekal foto aku kembali ke sana, eh si ibu dokter gigi yang cantik tapi judes malah nanya :
IDGYCTJ : ini ya potonya ? trus mau diapain nih giginya ?
Aku : *heh?ya ga tau..kalo aku tau seh ya ga kemari dong buu..duoh* mm..baiknya diapain ya dok ?
IDGYCTJ : terserah ditambal lagi apa dicabut ?
Aku : *hlah? kok malah ditawarken lagi? bukannya kemaren situ yg keukeuh mo nyabut itu gigi?* ya kalo masih bisa dipertahankan ya ditambal lagi aja Dok, kalo enggak ya mo gimana lagi *hiyy..syerem*
IDGYCTJ : yo wes cabut aja deh ya, ini soalnya gusinya dah diselimuti radang bla.bla..bla (nyiapin peralatan entah apa buat ngilangin tambalan)
Aku : *tuh kan..tuh kan..beneran kan, emang aja dari pertama hasrat mencabut giginya begitu menggelorah..*
IDGYCTJ : dah selesai, senin balik lagi yah, dicabut giginya
Lupa memang menyenangkan, terutama dalam kasusku. Dengan alesan lupa, kukunjungi si ibu dokter gigi yang cantik tapi judes itu pada hari Selasa. Sendirian, sekalian nyari takjil dan gas elpiji, nunggu suami? kelamaan, hari itu dia pulang malam. Pas lewat tempat praktek, dengan langkah tegap maju jalan dan tekad membaja aku menjumpai mbak perawat yang ramah
Aku : Mbak, dokter nya sudah datang?
MPYR : Sudah, mo cabut gigi ya Mbak?
Aku : Iya, sakit ga Mbak?
MPYR : Lho? Sendirian ?
Aku : Iya
MPYR :*no comment sambil tersenyum misterius* hiyy..
Di dalem ruang praktek..
IDGYCTJ : Dibius dulu ya (sambil nyiapin alat suntik)
Aku : *diem*
IDGYCTJ : Buka mulutnya, tuh gigimu ga rata gini, pasang kawat ajah ya..
Aku : err.. trus berarti cabut gigi lagi Dok?
IDGYCTJ : Ya iyalah, paling2 3 lagi, atas 2, bawah 1, buat ngaitin kawatnya..
Aku : *heh? mengalami siksaan ini 3 kali lagi..nehi..nehi* duh sakit dong Dok..
IDGYCTJ : Ya, enggaklah..ini aja entar kan ga sakit
Sambil berbincang2 ini sambil aku merem ketakutan, menahan takut, sementara si ibu dokter gigi yang cantik tapi judes melakukan pekerjaannya..
IDGYCTJ : Sakit ga? kalo sakit bilang yah..
Aku : sakit..ouch..sakit dok
IDGYCTJ : Kamu ini sakit ato takut ?
Klek!!!
Aku : OUCHHH.....*Ya sakit ya takut, duohh..kalo aku ga takut sih dari dulu sudah pasang kawat buat ngeratain gigi*
Sepulang dari sana, aku terpaksa harus menggunakan bahasa tarzan untuk beli obat di apotik maupun beli gas elpiji. Ketemu pasangan pengantin baru teman suamiku juga cuman bisa dadah2 hambar tanpa senyum, lha pipi, gusi dan lidah masih berasa bengkak dan walopun sudah sekuat tenaga kutarik buat senyum, yang ada malah wajahku tambah serem hihihi, maap ya Pak Rudi dan Nyonyah.. Malemnya penderitaan belum berakhir, ketika pengaruh biusnya hilang, adudududuh senut2 ga ketulunga, ahh..untung ada ponstan...






Wednesday, September 20, 2006

...ke dokter gigi...

Ke dokter gigi ? Kapan yah terakhir aku ke dokter gigi? mmm...kira2 jaman sma dulu? itu kan sudah lama buanget .. like 10 years ago..hhh dah tua yah.. ok enough with 'aging thing', now back to the dentist!..hiyy..ogah!!
Mungkin beberapa teman atau bahkan siapa saja yang pernah betatap muka denganku akan langsung memahami atau paling tidak melihat bukti ketakutanku pada dokter gigi. hehehe. Yak ! Susunan gigigeligi yang bertumpuk majumundur ajrutajrutan inilah bukti nyata ketakutanku pada dokter gigi. Saking kacaunya itu susunan gigigeligi, sampe pernah suatu ketika untuk mendeskripsikan diriku pada seorang yang belum pernah berjumpa, seorang 'kawan' jauh (yang juga ga terlalu kenal aku, tapi mau ga mau harus mendeskripsikan diriku, karena tidak ada pilihan lain) berkata ,"maya yah? itu loh.. yang giginya banyak.." oh, itu ya deskripsi yang spesifik tentang diriku, aku tertohok.. apalagi ketika kemudian si stranger in the night ini menemukanku dengan susah payah, aku makin tertohok, eh wait..tapi nemuinnya dengan susah payah kan?? coba ditambah dengan ciri lain yang lebih spesifik : item, manis, langsing, giginya gingsul ( baca: banyak), pasti dalam sekejap pun si stranger akan menemukanku *plak*, owgh..ok, lanjut.. Jadi dari jaman dahulu kala, aku tuh pualing takut sama yang namanya ke dokter gigi, jadi ketika tiba pada fase peralihan dari gigi susu ke gigi tetap, aku keukeuh ga mau ke dokter gigi walaupun gigi susu sudah goyang dombret dan gigi tatap penggantinya sudah muncul, akibatnya? ya si gigi tetap ga kebagian tempat dan itu terjadi terus menerus sehingga para gigi tetap akhirnya tumbuh berjejaljejal majumundur rebutan tempat, selain juga gigi susu ku tuh kecil2 sedangkan gigi tetap penggantinya ehm..agaaak ..besar sedikit, jadi..yah..makin sesaklah tempatnya. hehehe. Alasan takut ke dokter gigi dan cabut gigi pula (selain juga mahal) yang membuatku mengurungkan niat memakai gigi naga (itu loh kawat gigi permanen itu) meski dengan iming2 selain gigi jadi rata pasti juga jadi langsing karena konon katanya sakit kalo dipake makan, kan jadi ga selera, masa sudah kantong jebol karena musti bayar mahal, masih pake tersiksa pulak!! haiyaah..ngeles..bilang aje takut..
Kenapa tiba2 masalah dokter gigi ini harus dipusingkan lagi? padahal fase paralihan gigi susu-gigi tetap sudah lama sekali berlalu? iyah, aku sakit gigi. Huhuhuhu....kalo ada lagu yang bilang daripada sakit hati lebih baik sakit gigi, ohohoho...jangan percaya!! Mendingan ga sakit!! (ya iyalahh!!) Gigi eh gusi jadi bengkak (gimana kalo gigi yang bengkak yah, eh hai Mus, piss!!) dan berdenyutdenyut ga keruan, belum lagi rasa pingin marah yang selalu menyertai. Jadi gigi geraham bawah sebelah kanan ku itu kan memang lubang dan sudah ditambal, pernah lepas tambalannya lalu ditambal lagi, kali ini mungkin tambalanya diperkuat sehingga suatu ketika di masa lalu separuh gigi itu tanggal. Tinggal separuh gigi sisanya dan sang tambalan tentunya. Sejak saat itu si gigi geraham tak pernah lagi membantuku dalam urusan kunyahmengunyah mengerus makanan. Ga tau kenapa, kemarin tuh tiba2 si gigi separuh ini sakit, gusinya bengkak. Mungkin karena ga tahan dengan keluhkesahku, suamiku denga paksa sudah memintakan surat pengantar untuk ke dokter gigi nanti malam. ihikss. Ga kebayang sudah setua ini masih harus menahan takut mendengar suara 'mengerikan' dari mesin entah apa namanya milik setiap dokter gigi itu, hiyy.. So, temans, kali ini doa anda sekalian sangat kuharapkan.. supaya acara ke dokter gigi nanti malam, insyaAllah berjalan lancar..

Tuesday, September 19, 2006

iseng iseng berhadiah

Your English Skills:

Grammar: 80%
Punctuation: 60%
Spelling: 60%
Vocabulary: 20%
Does Your English Cut the Mustard?

Nemu Link ini pas blogwalking kesini, siapa tahu ada yang pingin nyoba...

Friday, September 15, 2006

another fragmen..

dan serbuan sumpahserapah itu meluncur dari si sulung..
si bungsu yang keraskepala ternyata lebih arif
anak bawang itu telah bermetamorfosa
memandang segala tak hanya hitam putih adanya
mungkin luka yang kembali menganga
semoga bukan keangkuhan semata

Friday, September 08, 2006

Belum tua kok sudah pikun

Lupa. 'Penyakit' yang akhir-akhir ini begitu kerap menyerangku, sepertinya bahkan menjadi tema cerita minggu ini. Mungkin kalau suamiku tahu dia akan balas bilang, " semua2 kok lupa, apa sih yang diinget2" karena mantra itu yang selalu kurapal jika dia membuat (atau kupaksa membuat) pengakuan dosa telah melupakan sesuatu bahkan yang sudah kuingatkan dengan teliti, hati-hati dan... sering! Di awal minggu aku melupakan berkas babe besar yang kujanjikan akan kubawa keesokan hari setelah diperlukan untuk rapat di Kantor Pusat, tergopoh-gopoh 'kutodong' babe besar untuk 'meminjamkan' mobil beserta pengemudinya untuk menjemput si berkas tadi.
Pada pertengahan minggu, baru menginjakkan kaki di kantor dan akan mengawali hari dengan leyeh-leyeh sejenak karena si babe besar sedang dinas luar, tiba2 telepon berdering. Ibu 'penguasa' sekretariat dengan setengah sewot menagih helmnya. Helm yang kupinjam secara menghiba-hiba minggu lalu dengan iming-iming janji segera kembali esok hari. Sambil memohon maapnya si ibu dan setengah memaksa aku minta tolong diantar 'menjemput' si helm itu tadi. Lha kokya pas di kedua kejadian ini aku sedang tak berkendaraan ke kantor. Jadi ya musti ngerepotin sana-sini. Untungnya rumahku hanya 10 menit dari kantor.Eits. Ngeles.

Sebelum minggu ini berakhir masih juga ada lagi kejadian 'lupa' yang lain. Kali ini sepertinya lebih parah. Suamiku yang sedianya harus mengikuti workshop apaa gitu di Surabaya bela-belain mampir ke kantor dulu mengantarku lalu berangkat dari kantor bersama rombongan lenongnya, supaya kendaraan bisa kupakai ke dokter sorenya sepulang kantor (atau supaya dia ga usah nganter aku ke dokter ya hihihi). Setibanya di kantor, pas mo bayar langganan susu kedelai, eh..lho..dompetku mana yak.. waduh.. *bongkar-bongkar* kok ga ada sih *gubrak-gubrak, gali lebih dalam*.. dan..ohhh iyaa kemarin kan aku belanja pampers buat para bayi trus dompetnya dikeluarin...walah..ketinggalan di rumah berarti. Tak kehilangan akal, kutelpon Abbas, cleaning service segala bisa andalanku hehehe, di pool kendaraan, minta tolong diambilkan dompet yang ketinggalan di rumahku. Lha kalau ga ada dompet, lha nanti mo ke dokter bayar pake apa? daun? atm? juga ada di dompet! lha terus sim dan stnk? ada di dompet juga! Kesimpulannya : memanggil Abbas memang langkah yang tepat. Sekali lagi, untung rumahku deket dari kantor cuma 10 menit *plak!*

Oia si Abbas ini sudah mahfum mengenai permasalahan penyakit lupaku ini. Belum lama ini dia juga sempat kurepotkan ketika sehabis istirahat siang dan belanja ke Pasar Besar Gresik bersama ibu2, kunci mobil kutinggal di dalam mobil yang sudah kukunci pula. Waduh... saat itu aku panik betul, tapi bukan Abbas namanya kalau tak bisa menyelesaikan persoalan beginian. Dia pinjam penggaris besi panjang milik receptionist kami dalam upaya mencongkel kunci lewat celah2 pintu, yang akhirnya gagal dan berakibat penggarisnya nyemplung ke celah2 pintu dan menimbulkan bunyi "eklek2" pada posisi tertentu terutama ketika jalanan berlubang dan mobil jadi ajrut2an. Oh Abbas.. tapi dia tak putus asa, dipanggilnya temannya yang tukang kunci buat nyongkel itu pintu mobil dan sekalian bikinin kunci duplikat. Pheeww... sampai menjelang Maghrib usaha kami itu baru membuahkan hasil. Suamiku yang sepulang dari tugas keluar kota mendapati mobilnya dhedheldhuel kunci dicongkel dan celah pintu kemasukan penggaris besi cuma bisa geleng-geleng kepala ketika tahu alasannya, lupa. Untungnya dia ga kepikir buat membalas mantraku dengan mantra regularnya, "belum pikun kok sudah tua"

Tuesday, September 05, 2006

Fragmen

Aku lebih suka menjadi penonton dalam pagelaran kali ini. Tapi pilihan itu tak ditawarkan. Aku bahkan tidak ingat apakah pernah ditawarkan, bahkan, apakah itu sebuah pilihan ? Sepertinya tidak, setidaknya buatku. Pun ketika tarian itu kehilangan makna, aku serupa susu bubuk full cream yang tak mau melarut membentuk suspensi jika diaduk dengan air dingin, menggigil lalu menggumpal. Pun ketika mata air itu muncul dengan sertamerta, hanya kali ini tak ada butiran air kran yang bisa diajak berasimilasi, lalu jadi tak kasat mata. Senyata itu. Dan dia tak hendak berjeda, bahkan sekedar untuk bertanya.
Dan pengembaraan semalam berlanjutlah. Ke masa dimana kemampuan tak seberapa itu sepertinya pernah ada, memaknai. Mengais, membongkar, mengulik, apa saja... tapi sepertinya sia-sia. Mungkin memang tak pernah aku memilikinya, atau pemahamanku akan memiliki sesungguhnya hanya kunjungan singkat numpang lewat darinya, manusia kecil yang bisa kuajak berbincang apa saja. Bermain tebak kata bahkan berahasia. Dengan bahasa yang hanya kami yang paham, kini baru dapat kumaknai apa itu kesepian. Dan ketika mata air itu muncul lagi, butiran beningnya sengaja berasimilasi bukan sebagai penanda kuatnya diri. Karena pada akhirnya memang hanya Dia tempat berlabuh seluruh rasa, muara segala asa.