Sore itu, ditengah antrian lampu merah yang ‘ular-ularan’, iseng, saya memeriksa HP yang ada di dalam ransel. Hati saya sudah degdegan begitu melihat ada 5 missedcall, 3 dari rumah, 2 dari HP si mbak asisten saya ditambah 1 sms pula darinya, “Bu, Dik Jum-panggilan sayangnya untuk si bungsu saya-jatuh sampe giginya lepas. Deg!! Rasanya ingin segera meninggalkan mobil di tengah antrian, dan langsung menyeberang jalan, ambil ‘jalan tikus’ dan berada disamping jagoan kecil saya. Setelah melewati 3 kali 99 detik yang panjang dan harus memutar sedikit ke arah Surabaya agar tidak perlu ‘menikmati’ sekali lagi satu putaran lampu merah dari arah depan komplek, sampailah saya di rumah..tetangga, yang proses bertegur sapa musti disambung dengan cerita darinya. Awalnya saya sudah ingin buru-buru kabur mengingat waktu yang terbuang di jalan tadi, tetapi si tetangga sebelah menceritakan betapa Sheby, si sulung saya, 5 menit yang lalu, berjongkok setengah melamun di pertigaan depan rumah kami. Ketika si tetangga bertanya, “Mbak, ngapain?” Sheby hanya menjawab pelan, “nunggu mama..” Dengan bujukan tetangga sebelah tadi akhirnya Sheby mau pulang dan menunggu saya di rumah. Perasaan saya makin tak keruan.
Dari luar sudah terdengar tangisan kesakitan si jagoan kecil dan suara sang kakak yang sedang menghiburnya. Salam saya sore itu, dijawab dengan tangisan yang makin keras, dan akhrnya saya dapati seisi rumah, si jagoan kecil dikerubungi kakak dan mbak-mbaknya yang sibuk membersihkan luka, mengompres es batu dan mengoleskan betadine. Wajah ‘si korban’ belum kelihatan waktu itu, begitu rombongan kecil itu menyibak, tampaklah mata sembab bekas menangis, bibir atas dan bawah yang bengkak dan penuh luka, gigi yang tanggal dan lengan serta jari jari yang luka luka sporadic. “Astaghfirullah.. kok bisa gini gimana Dek?” Jawabannya tangisan yang semakin kencang, si kakaklah yang bercerita kronologi kecelakaan yang ternyata melibatkan Osa, anak tetangga teman sepermainan mereka. Si kakak bilang, adiknya jatuh dari sepeda setelah dipukul pantatnya oleh Osa memakai kayu. Sambil panic saya gendong si adik ke tetangga depan rumah yang juga dokter untuk diperiksa luka-lukanya, saya berdoa dalam hati semoga tidak ada yang perlu dijahit atau semacamnya..
Saya sedikit lega ketika ternyata hanya disarankan Bu Dokter untuk membersihkan luka, mengoleskan betadine dan salep untuk bibir serta memberikan obat anti nyeri untuk Zulmi. Sesampai di rumah dan melaksanakan perintah Bu Dokter, saya memeluk Sheby sambil berterima kasih sudah membantu saya menjaga adiknya. Sheby bercerita, 3 missed call dari telpon tumah itu dari dia, dia yang membantu membawa sepeda si adik pulan dan dia bertanya kenapa saya lama sekali datangnya? Saya teringat cerita tetangga sebelah tadi, betapa dia berusaha membuat saya cepat pulang, bahkan dia rela menunggu saya di pertigaan karena menurutnya itu membuat saya jadi cepat pulang. Subhanallah.. anak sekecil itu sudah belajar begitu rupa bertanggung jawab menjaga adiknya, saya terharu. ‘Si korban’ yang merasa dicuekin mulai mencari perhatian dan bertanya, “Mama..tadi gigiku ketelen nggak ya?” Nah lho..
Si kakak yang menjawab, “Iya paling Dik, soalnya tadi takcari di deket tempatmu jatuh nggak ada tuh.. paling ketelen sama kamu”
“Berarti sebentar lagi tumbuh pohon gigi ya di kepalaku, Mbak..” sahut si adik sambil nyengir dengan ‘jendela baru’ di deretan gigi kelincinya.
Malamnya, si Bapak menelepon dengan santai mengabarkan dia sedang dalam perjalanan pulang, menjalani ritual mudik mingguannya. Dalam hatiku berkata, pasti belum buka foto yang kukirimkan beberapa saat lalu. Benar saja, sepuluh menit kemudian HPku berdering lagi, kali ini nada panik dari si Bapak (loudspeaker mode : on), " Gimana Zulmi kok bisa sampe gitu?, aku ngebut nih pulangnya..". Tahu tidak jawaban anak-anakku ketika mendengar hal ini?
Si Kakak : Adik sudah nggak papa kok Pak, nggak usah ngebut ya..
Si Adik : Bapaakk..nggak usah ngebut jalannya, pelan-pelan aja, aku nggak papa kok, ati-ati yaa..
Ah, anak-anakku hari ini aku belajar satu lagi cerita tentang tanggung jawab, kemandirian dan kasih sayang dari kalian
Gambar diambil dari sini