Pages

Friday, April 20, 2007

Invasi para 'alien'

Organisasi yang baik salah satunya adalah yang fleksibel dalam merespon perubahan, saya biasanya ngomong begini dengan gaya mencibir karena reorganisasi yang sekarang sedang merambah Unit kerja saya berkesan setengah-setengah. Diacak-acak dulu konsekuensinya pikir kemudian. Entah apa yang ada di kepala para dewa kahyangan itu, lha wong ngerubah organisasi tapi SDMnya nggak dipikirin mo digimanakan. Ya sudahlah, mau ga mau perubahan sudah terjadi. Unit kerja saya dan salah satu Unit yang dulu menjadi 'anak' Unit saya sekarang digabung menjadi Unit baru dengan lingkup kerja yang 'lebih luas'. Nah salah satu konsekuensi penggabungan adalah para makhluk Unit subsidiary tadi masuklah ke Unit kerja saya. Sebagai 'pendatang' tentu saja orang2 lama berlabel baru ini mau ga mau harus beradaptasi dengan situasi, kondisi dan ritme kerja kami, ketika kemudian ada yang keberatan membaurkan diri, maka jadilah dia serupa alien di tengah orang2 'normal' hehehe. Saya tak habis mengerti bagaimana seseorang bisa keukeuh untuk berdiam ato malah berputar-putar di dunia kecilnya sementara dunia nyata yg lebih besar di luarnya seperti ga dianggep. Yah, berawal dari keengganan untuk mempelajari proses bisnis, sampe kebiasaan dan karakter2 lingkungan sekitar sampai karakter dasar manusianya yang memang 'menguras kesabaran' membuat aku, kami lebih tepatnya, sedikit enggan pula berhubungan dengan beberapa alien ini. Selama ga harus bersinggungan dengan mereka, aku menjaga jarak agar tak menderita kelelahan batin lebih lanjut. Tak berhenti sampai disana, anak2 hasil preemployment program terbaru ada juga yg dikirim ke Unit kami, sekali lagi selalu ada yg anomali dalam setiap kelompok, dan malangnya si anomali ini salah satunya ditempatkan di Unit kami, oh tidaaaakk.. Sebetulnya aku, dan sebagian besar orang-orang muda di sini tak meragukan kompetensi mereka dan memahami pula pola pikir mereka yang masih segar dan penuh idealisme. Tapi sekali lagi kawan, attitude, jangan pernah lupakan itu.. Tidak peduli seberapa pintar, dan seberapa cemerlang ide-ide mu, tapi kalau cara yang kaupilih tak elok, maka sebenarnya kau sedang membentengi dirimu sendiri dari lingkunganmu. Mungkin ada orang2 SDM yang kebetulan baca postingan ini *ada ga ya..* tolong, pikirkanlah konsekuensi perubahan organisasi terhadap karyawan dan, oia satu lagi, berilah bobot lebih besar untuk attitude pada kriteria penilaian jika kalian akan merekrut orang lagi tahun depan...

Thursday, April 19, 2007

Pembina upacara (dan ajudannya)

Sebagai BUMN yang katanya sudah berbudaya kerja seperti perusahaan suastah dan bercita2 menjadi kelas dunia *halah*, perusahaan tempat kami bekerja masih menjadwalkan acara upacara bendera tiap bulannya. Yup ! Upacara bendera! Kegiatan yang sudah lama saya tingalkan, tepatnya sejak ga ngambil mata kuliah Kewiraan yang mengharuskan para mahasiswa mengikuti upacara, diabsen pula! Entah siapa yang menyuntikkan ide aneh itu ke Pak Dosen Kewiraan kami dulu, dimana kehadiran di upacara bendera berbanding lurus dengan nasionalisme yang otomatis berbanding lurus pula dengan nilai kewiraan, yeah!!

Bulan April, bulannya kaum wanita, bulan dimana para petugas upacara semuamuanya wanita. Tidak ada yang aneh sebenarnya, sudah biasa setahun sekali begitu adanya. Bahkan ketika seorang staf SDM memberitahukan tugas saya tahun ini menjadi ajudan pembina upacara. Nyantay, cuman berdiri2 tok, sambil menikmati terpanggang sinar matahari, mendingan lah daripada berdiri dan terpanggang pake harus teriak2 pula hehehe. Pertanyaan saya waktu itu hanya satu : siapa pembina upacaranya ? dan jawabannya sungguh menentramkan : kalo ga Manajer UP ya Manajer UPHAR.. owgh oke deh I'm in. 'Masalah' kemudian muncul ketika 'secara mendadak' para dewa di kahyangan mengundang para manajer dan deputy terkaitnya untuk pra raker selama 2 hari ya pas upacara bendera itu. Sebetulnya ini tak jadi masyalah jika suami saya, yang walopun berbeda Unit tapi masih satu lingkungan dengan Unit saya, tidak ditunjuk menjadi Pelaksana Harian Manajer Unitnya. Atau gini deh, ga akan jadi masyalah juga kalopun dia ditunjuk menjadi PH Manajer tapi tak ada jadwal upacara bendera dimana saya jadi ajudan pembina upacaranya. Jika yang terjadi adalah gabungan keduanya, dimana suami jadi PH Manajer yang otomatis pula harus menjadi pembina upacara dimana saya menjadi ajudan, maka mungkin peserta upacaranya pada bubar dan kami disuruh upacara sendiri. Lho? kok mungkin ? bukannya titah menjadi ajudan sudah diiyakan? tenang..tenang.. sebetulnya saya tergoda juga untuk menguji ketahanan mental (ato lebih tepatnya 'ketebalan wajah') dengan tampil di podium berdua suami, bahkan sempet juga beride gila bawa gentong saweran (kan berasa mantenan lagi hehehe). Tapi rupanya event organizer upacara bendera alias bagian SDM berpikiran lain, pada detik terakhir dengan alasan demi menjaga kemaslahatan umat dan kekhusyukan jalannya upacara, aku harus tukeran posisi sama si eneng yang sedianya memimpin tim paduan suara.

Yo wes, akhirnya kesempatan once in a lifetime itu melayang deh, padahal kan seru juga kalo pas difoto, pembina dan ajudannya ternyata adalah pembina dan ajudan di kehidupan nyata, tsaahh.. Masih inget reaksi para krucil anak2 magang ketika saya memasuki lapangan upacara, dengan senyum luebar kek anak kecil dapet mainan baru mereka menyambutku dan mulai menggoda2, maap mengecewakan ya nak, tapi kethoprak humornya ga jadi.. lain waktu mungkin hehehe...

Wednesday, April 18, 2007

'weird' conversation

Situasi : Mama dan Shaby baru masuk ruangan, bapak lagi 'nguplek' sesuatu :
Mama : Assalamualaikum..
Shaby : Heyy Bapak..apa yang kaulakukan..
Bapak : !@#$%^&*()

Situasi : Kacamata Bapak ketinggalan di kamar mandi, Bapak lagi asik baca koran di depan tivi
Shaby : Pak..Bapak..
Bapak : ya mbak..
Shaby : ini lo cakamatanya (baca : kacamatanya) kok ditinggal di kamar mandi sih, nanti pecah lo ya..
Bapak : iya mbak, makasih ya.. !@#$%^&*

Situasi : Mama ngeloni Zulmi yang memang sudah ngantuk banget, Shaby ngeyel pingin ikut ngeloni, Bapak 'mengawal' Shaby agar tak menimbulkan 'keonaran'
Shaby : *nyanyi2 dan ngoceh sendiri*
Bapak : Sstt..Mbak Shaby diem ya, jangan ribut, adek ngantuk tuh ...
Shaby : iya..*tetep nyanyi2 dan ngoceh sendiri*
Bapak : ayo kluar aja ya kalo Mbak Shaby ribut..
Shaby : nggak mau..*keukeuh ga mo brenti nyanyi dan ngoceh*
Bapak : *dah mulai jengkel* kalo ribut aja, ntar mulutnya tak jahit lo..
Shaby : wah..Mama nanti nggak bisa ngomong lagi ya kalo mulutnya dijahit..
Bapak : !@#$%^&*

Situasi : Bapak lagi ribut nyari kacamata, mo dipake keluar..
Bapak : Mana ya kacamata..nah ni dia..
Shaby : Pak, jangan pake cakamata itu, pake cakamata ganteng aja..
Bapak : ???
Shaby : Ini lo Pak, bentar ya tak pakekan ya Pak.. *ngambilin kacamata 'serep'nya si Bapak dan memakaikannya ke si Bapak yg cuma bisa bengong*

Situasi : Di mobil, dalam sebuah perjalanan pulang
Shaby : Ma, ikan ga bisa ngomong ya ?
Mama : Iya, kalo bisa ngomong kan serem Mbak..
Shaby : Dek Jum juga ga bisa ngomong ya, berarti Dek Jum kayak ikan ya..
Mama : ???

Situasi : Shaby nguplek2 tas Mama dan berhasil 'menculik' HP lalu 'berbincang dengan seseorang di seberang sana'
Shaby : Halo, iya.. besok ya..iya iya..disini..heheheh, aku juga ya..hehehe..
Mama : Mbak Shaby, lagi ngapain ?
Shaby : Telpon..*sambil nutup telpon*
Mama : Telpon siapa ?
Shaby : Hamtu.. (maksudnya hantu)
Mama : ???

Situasi : Mama sedang dalam usaha dengan berbagai cara membujuk Shaby supaya mau mandi. Shaby dengan berbagai cara pula berusaha berkelit dan menghindar, salah satunya dengan berbugil ria berjoged dangdud
Mama : Mbak, ayo mandi dulu..
Shaby : Nggak mau..*terus joged2*... Mama tak wiwiki..hiiiii *melompat ke pangkuan Mama dan terus geyalgeyol*
Mama : Lah, ayo cepetan, ntar tak pungpungi loh..
Shaby : Biarin, Mama tak udeli weee...
Bapak : ???? itu ngomong apa aja seh?

Baru 2,5 tahun dan baru satu yang bisa ngomong, nggak kebayang kalo ntar si adek sudah bisa ngomong, sang kakak sepertinya akan mendapat 'lawan' seimbang, secara baru bisa teriak aja sudah dah lomba jejeritan tiap hari...