Pages

Thursday, April 19, 2007

Pembina upacara (dan ajudannya)

Sebagai BUMN yang katanya sudah berbudaya kerja seperti perusahaan suastah dan bercita2 menjadi kelas dunia *halah*, perusahaan tempat kami bekerja masih menjadwalkan acara upacara bendera tiap bulannya. Yup ! Upacara bendera! Kegiatan yang sudah lama saya tingalkan, tepatnya sejak ga ngambil mata kuliah Kewiraan yang mengharuskan para mahasiswa mengikuti upacara, diabsen pula! Entah siapa yang menyuntikkan ide aneh itu ke Pak Dosen Kewiraan kami dulu, dimana kehadiran di upacara bendera berbanding lurus dengan nasionalisme yang otomatis berbanding lurus pula dengan nilai kewiraan, yeah!!

Bulan April, bulannya kaum wanita, bulan dimana para petugas upacara semuamuanya wanita. Tidak ada yang aneh sebenarnya, sudah biasa setahun sekali begitu adanya. Bahkan ketika seorang staf SDM memberitahukan tugas saya tahun ini menjadi ajudan pembina upacara. Nyantay, cuman berdiri2 tok, sambil menikmati terpanggang sinar matahari, mendingan lah daripada berdiri dan terpanggang pake harus teriak2 pula hehehe. Pertanyaan saya waktu itu hanya satu : siapa pembina upacaranya ? dan jawabannya sungguh menentramkan : kalo ga Manajer UP ya Manajer UPHAR.. owgh oke deh I'm in. 'Masalah' kemudian muncul ketika 'secara mendadak' para dewa di kahyangan mengundang para manajer dan deputy terkaitnya untuk pra raker selama 2 hari ya pas upacara bendera itu. Sebetulnya ini tak jadi masyalah jika suami saya, yang walopun berbeda Unit tapi masih satu lingkungan dengan Unit saya, tidak ditunjuk menjadi Pelaksana Harian Manajer Unitnya. Atau gini deh, ga akan jadi masyalah juga kalopun dia ditunjuk menjadi PH Manajer tapi tak ada jadwal upacara bendera dimana saya jadi ajudan pembina upacaranya. Jika yang terjadi adalah gabungan keduanya, dimana suami jadi PH Manajer yang otomatis pula harus menjadi pembina upacara dimana saya menjadi ajudan, maka mungkin peserta upacaranya pada bubar dan kami disuruh upacara sendiri. Lho? kok mungkin ? bukannya titah menjadi ajudan sudah diiyakan? tenang..tenang.. sebetulnya saya tergoda juga untuk menguji ketahanan mental (ato lebih tepatnya 'ketebalan wajah') dengan tampil di podium berdua suami, bahkan sempet juga beride gila bawa gentong saweran (kan berasa mantenan lagi hehehe). Tapi rupanya event organizer upacara bendera alias bagian SDM berpikiran lain, pada detik terakhir dengan alasan demi menjaga kemaslahatan umat dan kekhusyukan jalannya upacara, aku harus tukeran posisi sama si eneng yang sedianya memimpin tim paduan suara.

Yo wes, akhirnya kesempatan once in a lifetime itu melayang deh, padahal kan seru juga kalo pas difoto, pembina dan ajudannya ternyata adalah pembina dan ajudan di kehidupan nyata, tsaahh.. Masih inget reaksi para krucil anak2 magang ketika saya memasuki lapangan upacara, dengan senyum luebar kek anak kecil dapet mainan baru mereka menyambutku dan mulai menggoda2, maap mengecewakan ya nak, tapi kethoprak humornya ga jadi.. lain waktu mungkin hehehe...

1 comments:

Rona Nauli said...

gyahahahah...muaap ya neng, aku terpaksa mengiyakan permuunan secara alasan para EO itu ada benernya...kebayang ga sih, betapa mereka para peserta ga bakalan konsen kalau kalian sepasang penganten bersanding di podium. ini akan sangat mengganggu kestabilan nasional kita...huehehehe...

untungnya keputusanku tepat lho, neng...inget nggak ancaman abah Ich..."nek pembina karo ajudane si Maya karo bojone, aku emoh upacara...jarno ae sing upacara wong loro iku...huehehehe"