Pages

Thursday, December 05, 2013

bitter sweetheart

Saya tahu, tidak mudah mempertahankannya. Perjanjian suci yang terucap, sepuluh tahun yang lalu. Sejujurnya, keinginan menyerah bukan sekali dua, terlebih ketika tahu kau pun kerap terluka, pun ketika logika tak lagi meraja.
Saya tahu, tidak mudah mempertahankannya. Menjadi partner di segala 'cuaca', 'pelengkap' di segala suasana. Sementara saya sering merasa kami menjadi entah yang ke berapa, sehingga abai pada apa yang seharusnya.
Saya tahu, tidak mudah mempertahankannya. Dan ternyata, kau dan saya, bisa. Sejauh ini setidaknya. Kita tak pernah tau, akan sejauh mana? Bukankah waktu milikNya semata ? Maka jika sepuluh tahun ini terasa pahit dan sedikit manis mungkin, sayang, maafkanlah.. Saya masih ingin bertahan, sampai sisa waktu yang saya punya..

Happy 10th Anniversary dear, for being such a bitter sweetheart sometimes, I do appologize

Friday, July 20, 2012

yang lucu, yang dirindu...


Terinspirasi dari usulan si ibu bakul di postingan saya sebelumnya, untuk menambah satu kategori the most adorable boss dengan kategori : Lucu, maka postingan ini saya buat. Sungguh kebetulan yang menyenangkan, sejak awal tahun ini kami 'kebagian' Big Boss yang.. itu tadi, lucu. Saya berjumpa pak Boss ini ketika masih sama-sama mengabdi di Unit tetangga. Pak Boss yang namanya sudah kondang gulindang ini adalah orang yang sangat humble menurut saya, kenapa? Beliau ini tidak malu untuk bertanya dan mengupdate program-program perusahaan terbaru kepada 'anak bawang' seperti saya. Saya sih maklum, lha wong beliau ini bertahun-tahun melanglang buana di proyek-proyek anak perusahaan. Dan salutnya lagi, beliau cepat belajar. Kedatangan si Bapak di jajaran Manajemen Unit saya waktu itu segera saja menarik perhatian para pemerhati mode. Lha bagaimana tidak, sementara yang lain adalah para senior dengan gaya berbusana sesuai usia, atau junior dengan gaya busana sok senior, si Bapak ini punya gaya sendiri, yang.. keren!! Sampai ada yang nekat bikin virtual fans club dan rela mengajukan diri sebagai ketuanya. Bukan saya lho ya ketuanya... saya bahkan sekarang sedang merindukan ibu ketua ini, wherever you are dear, I'm wishing you all the joy and happiness of life :-* Dalam beberapa kesempatan rapat bersama si Bapak, yang saya tangkap adalah beliau ini gambaran dari ungkapan "sampaikanlah kejujuran, meskipun itu pahit", eh emang ada ya ungkapan itu ? :D Beliau mengungkapkan kondisi di lapangan dengan sangat apa adanya, kalaupun ada hal-hal yang setahu saya 'disensor' semata untuk menjaga perasaan pihak-pihak yang berkepentingan. Tak lama kemudian, kami "berpisah jalan", saya pindah ke Unit tetangga, beliau diangkat menjadi Boss Besar di Unit tetangga yang lain. Sekali kami bernah berjumpa dalam suatu kesempatan assessment dan beliau bercerita tentang kondisi Unitnya, bagaimana kreatifitas orang-orang disana agak terhambat karena budaya yang masih 'feodal'. Dan beliau berani merubahnya meski dengan konsekuensi kinerja Unitnya akan menurun, kurang lebih begini kata beliau waktu itu "...memang adanya gitu kok, mestinya kalau kinerja Unit menurun kita jangan sibuk mencari-cari alasan yang diluar kendali kita, tapi cari akar masalahnya apa. Kalau jaman saya memang kinerjanya harus turun sedikit demi peningkatan signifikan di masa datang ya gak apa-apa toh, daripada bikin program apalah itu, Unit keliatannya memang bagus, saat itu, tapi begitu ganti lagi Bossnya, Unitnya ambruk". Woww...You're rock, Sir!! Jarang saya bertemu leader yang begitu, atau malah mungkin belum pernah ya.. Eh terus bagian lucunya tadi, dimana ya?

Ketika di awal tahun, kami mendapat kabar si Bapak akan menjadi Boss Besar di Unit saya. Saya termasuk yang menyambut senang. Selain berharap agar kami menjadi lebih fokus pada core business kami, saya membaui aroma keriaan dalam acara-acara bersama si Bapak. Dan benar saja, pada pidato pertamanya ketika acara pisah sambut, si Boss berpesan agar kami lebih fokus pada apa yang menjadi core business, " ..sudah pesan saya itu saja, karena biasanya pesan pesan itu yang benar biasanya yang pertama tok, kedua, ketiga dan berikutnya dah boong aja tuh bawaannya.." hyaa... hadirin pun terkekeh riang..diucapkan dengan logat khas si Bapak, pidato penutup diatas jadi terasa lucu. Bisa dibayangkan keriaan bersama si Bapak dalam acara rapat dan apalagi acara informal macam employee gathering, misalnya. Unit kami serasa tak perlu mengundang special guest star, cukup Bos Besar saja yang tampil. Dampaknya buruknya buat saya, saya jadi sering mati gaya, ya karena celetukan khas pak Boss tadi. Untuk hal-hal yang biasanya saya 'eyelkan' sekarang tak perlu lagi, karena kebijakan si Bapak yang sangat pro rakyat meski tetap dalam koridor aturan yang berlaku. Dan untuk beberapa hal yang saya harus jelaskan berkali-kali, ternyata saya bisa lho, menjelaskan dengan sabar, cihuy !! Jangan keburu curiga dulu...setelah saya telaah lagi, saya bisa melakukan hal-hal yang anomali diatas adalah karena saya merasa nyaman, kenapa saya merasa nyaman? karena saya merasa percaya. Saya tidak perlu menebak-nebak arah pembicaraan, saya tidak perlu menebak tendensi Pak Bos, karena apa yang beliau katakan itulah yang beliau maksudkan. Saya juga tidak perlu merasa 'diperah' baik ide maupun kinerja, untuk sesuatu yang ujung-ujungnya hanya akan 'menguntungkan' untuk beliau, untuk karir atau popularitas misalnya. Dan tahu tidak? karena alasan-alasan diatas, akhirnya saya rela 'memberi lebih', misalnya ambil-olah-kirimkan data lewat email ke beliau di hari minggu pagi nan cerah dengan perasaan biasa-biasa saja, padahal kalau orang lain yang minta, saya mungkin melakukannya sambil ngomel, atau ekstrimnya bilang : "baik Pak, besok Senin saja yaa.." 

Untuk alasan yang saya tidak bisa ceritakan disini, saya terharu atas perjuangan si Bapak terhadap saya, saya bahkan tidak yakin saya pantas 'diperjuangkan'. Di saat secara tidak sengaja saya mendengar salah satu mantan Boss saya berkata, "sebenarnya saya belum puas dengan kinerja para Staf saya itu", meskipun saya sudah bukan Stafnya, saya jadi ikut sebal mendengar hal itu, ya.. karena saya tahu Stafnya sudah jungkirbalik untuk memberi dia yang terbaik yang mereka bisa. 
Dan ketika secara tidak sengaja, saya mengetahui beberapa 'cela' si Pak Boss, saya justru berpikir : kekurangan itu membuatnya tampak lebih manusiawi. Beberapa hari yang lalu, ketika Pak Boss 'berisyarat' beliau mungkin akan dipindahkan ke Unit lain, belum-belum saya kok sudah merasa kehilangan ya..#Semoga penggantinya nanti bukan yang KW *sigh*
Moral cerita buat saya adalah : ketika seseorang percaya pada kita, mereka akan merasa nyaman dan ketika mereka nyaman mereka akan melakukan hal-hal yang kita minta dengan sukarela.
Thanks Boss, you've made me choose to enjoy the ride, this time !! :)

Tuesday, July 17, 2012

kepantasan versi siapa?

Hari Jumat sekitar dua bulan lalu, atas nama tanggung jawab moral karena merasa kurang terlibat pada acara pekan olahraga dan seni di kantor, saya menghadiri acara puncak berupa penutupannya di Kantor Pusat. Acaranya lumayan menghibur, final pertandingan volley ball putra dan putri, final pertandingan tennis lapangan dan lomba vocal group disambung pengumuman para juara dan seremoni penutupan. Dari niat semula yang hanya setengah hari saja, saya memutuskan untuk berhari krida saja hari itu, sekalian menebus dosa. Alhamdulillah Unit saya menjadi Juara umum, sebagaimana yang sudah diprediksi dan menjadi tradisi #plak! :) Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan disini, saya ingin bercerita tentang nilai-nilai kepantasan dan kesopanan. Mengapa ? Detilnya berawal pada lomba vocal group. Karena format dan aturan lomba yang kurang jelas, atau memang dibuat begitu saya tidak tahu, maka masing-masing Unit menampilkan bermacam-macam pertunjukan, ada yang band ethnic, band biasa, vocal group beneran, ada pula yang menampilkan grup kentrung. Tahu kentrung ya? Jenis kesenian khas jawa timur, semacam ludruk, tapi minus cerita beralur, jadi ada parikan atau pantun berbahasa jawa, juga kidung kidung dan nyanyian khas berbahasa jawa. Lomba vocal grup ini sangat seru menurut saya, despite the fact that it is the only competition I watch :D Masing-masing Unit menampilkan artis artis yang tidak kalah dengan para artis sungguhan.  

Nah, pada acara-acara semacam inilah seorang pejabat biasanya akan 'ditodong' untuk menyumbangkan (baca : membuat jadi sumbang.red) barang satu atau dua buah lagu. Korban pertama adalah Bapak Direktur Produksi saya, yang suaranya-oh-sungguh-sangatlah-keren-sekali, yang membawakan (bukan menyumbangkan seperti definisi ngawur diatas) lagu berbahasa jawa yang saya lupa judulnya, tapi benar-benar mantab dan menghibur, four thumbs up Sir! Setelah beberapa pejabat lain yang menyanyi, tibalah giliran salah satu Bapak Direksi anak perusahaan kami, yang notabene dulunya bertetangga dengan kami dan saya kenal baik keluarganya. Si Bapak ini orangnya keren, karena ganteng itu relatif yaa.. makanya saya bilang keren, baik hati dan sangat santun, meskipun bisa ngocol juga, dengan suara ngebass yang membuatnya makin charming dan mendukung si Bapak jadi terpancar pesonanya tanpa harus berusaha lebih. Dan setahu saya juga si Bapak ini memang tidak pernah berusaha untuk menebarkan pesonanya, ya seperti saya bilang tadi kan, pesona itu terpancar dengan sendirinya..#dumdidumdidim..Ketika si Bapak berada di atas panggung, mulailah terlihat kasak-kusuk bisikan dan suara tawa genit dari para Staf si Bapak yang kebetulan berderet-deret di depan saya. Perlu dicatat bahwa yang saya bilang para Staf ini adalah anak-anak yang relatif baru direkrut, mungkin masa kerjanya rata-rata kurang dari lima tahun. Suara cekikik tawa genit makin menjadi-jadi sampai pada puncaknya, setelah agak didorong-dorong rekan-rekannya salah satu cewek Staf si Bapak tadi maju ke depan dan naik ke atas panggung untuk menyerahkan bunga ke si Bapak yang sedang menyanyi. Selanjutnya ini berasa adegan lambat buat saya, saya mlongo..saya tengok ke sebelah kanan, seorang mbak senior saya, dia juga sama mlongonya, kami saling pandang, "itu tadi apa? ngasih bunga?" Si Mbak sebelah saya diem aja, mengerjap-ngerjap, sepertinya dia lebih syok dari saya, "keknya sih iya, duh anak sekarang ya.." akhirnya dia jawab sambil menghela nafas panjang. Adegan lambat kami berakhir ketika si Staf tadi turun panggung sambil senyum-senyum dan wajahnya bak kepiting rebus. 

Detik berikutnya, yang saya rasakan saya sebal, sangat, pada si Staf cewek itu tentunya. Padahal saya bukan istri maupun fans si Bapak, jadi tak mungkin saya cemburu. Saya, bukan tidak pernah mengagumi satu dua pejabat dengan kriteria yang beragam, karena tampanlah, karena pintar dan kebapakan, karena sabar, atau bahkan, ini yang paling absurd menurut saya, karena wangi. Dan kami, saya dan teman-teman saya, yaa..paling mentok hanya mengagumi dari jauh, memujamuji penampilan atau kebijakan 'para idola' kami itu, itu sudah pol. Tak pernah terpikir untuk memuji secara langsung atau bahkan sampai mengulurkan setangkai bunga ala ababil sedang nonton konser artis pujaan hati semacam itu. Teringat komentar si Mbak Senior, "...duh anak sekarang yaaa.." Saya membayangkan Nyonyah Direksi menyaksikan 'aksi spontanitas' tadi, kalau melihat model orangnya sih sepertinya dia akan oke-oke saja, paling-paling nyengir. Mungkin memang batasan kami berbeda, generasi saya dan generasi 'anak sekarang' itu tadi. Mereka lebih permisif terhadap hal-hal yang, kalau menurut saya bisa diartikan 'menggoda'. Jadi dalam hal ini meskipun si idola sudah sangat tidak berniat menjadi idola dengan tebar pesona, fansnyalah yang sangat agresif sehingga timbul konotasi itu. Yang menurut generasi kami sudah tidak pantas dan tidak sopan, menurut mereka mungkin biasa saja, karenanyalah mereka melakukannya. Ada nilai-nilai yang sudah bergeser standarnya, kesopanan dan kepantasan. Sepulang acara, dengan semangat menggebu-gebu, saya ceritakan hal tadi ke suami saya yang kebetulan sedang ada di rumah. Komentarnya singkat tapi cukup menohok "paling kamu itu menganalogikan Bapak Direksi tadi dengan aku, makanya jadi ikutan sebel". Hehh?? Apa iya ya? Ah, pokoknya kalau bisa sih, saya dengan sukarela akan mewakili istri Bapak Direksi untuk menonjok dan menjudesi si Staf nan ganjen itu..

Thursday, March 15, 2012

what's on March ?

Tak terasa sudah Bulan Maret ya? Ada apa di bulan ini? Selain 'kehebohan' penilaian kinerja dan segala konsekuensinya, Selain issue mutasi dan reorganisasi yang beberapa bahkan sudah terealisasi, ada beberapa momen yang buat saya, patut ditandai di bulan ini (urutannya berdasarkan suka-sukanya saya ya..) :
1. Zulmi, insyaallah akan berulang tahun ke 6 tanggal 23 bulan ini, semoga jadi anak yang soleh kebanggaan keluarga, amin. 
2. Tanggal 26 bulan ini ada ulang tahun pernikahan yang ke-35 buat ayah ibu saya.
3. Tanggal 19 bulan ini, insyaallah seoran sahabat, si njonjah ini, akan melahirkan anak ke-2, semoga lancar persalinannya ya Njah, sehat ibu dan bayinya,amin. Sebetulnya si njinjah saya sarankan untuk membrujulkan diri tanggal 23 saja, biar ultahnya kembaran sama Zulmi, tapi dia khawatir nanti para lelaki kecil itu bikin gank heartbreaker or something...
4. Tanggal 10 bulan ini adik bungsu saya menikah.
Nah, prosesi ini yang ingin saya ceritakan dengan porsi sedikit lebih disini. Kenapa? karena 'korban-korbannya' (adik saya dan calon istrinya) hampir pasti tidak pernah blogwalking sampai kesini :D. Saya berpikir selepas menikah, saya akan terbebas dari keribetan pesta kawinan, mengingat adik bungsu saya, satu-satunya lajangers di keluarga kami, laki-laki. Ternyata saya salah, dan saya berkesimpulan, saya belum mengenal mama saya dengan baik, segala keribetan ini, seperti juga banyak keribetan di pesta kawinan saya dulu bersumber dari orang yang sama, mama saya. Diawali dari proses lamaran yang maksudnya saya rancang hanya untuk keluarga inti saja, ternyata pesertanya jadi meluas kemana-mana. Segala pakde bude, om tante, diajak serta, oia, dan para tetangga juga. Suami saya saja sempat kaget melihat hadirin yang berkumpul dirumah mama saya bersiap ikut mengiringi ke rumah calon besan, "Lho, jarene cuma kita, kok.." Saya sudah no comment saja lah. Si suami memang sengaja tidak saya update berita kurang penting semacam ini. Lalu, sebelum akad nikah di hari Sabtu, kami dua kali mengadakan pengajian di rumah, bayangkan saudara-saudara.. dua kali.. #hadeehh.. dan yang bikin iri, ketika salah satu dari sepupu saya datang dan bercerita dia barusan FBan dengan calon mempelai putri yang sedang ongkang-ongkangan di rumah (tanpa melalui segala rupa prosesi siraman dan midodareni yang terpaksa saya jalani dulu), sementara kami secara dua hari berturut-turut 'membanting tulang' disini :p Alhasil ketika hari H, kami semua kesiangan, akhirnya saya yang ingin mengikuti proses akad nikah justru harus melewatkan momen terpenting itu, karena masih ribet didandanin #ampun deh... Alhamdulillah semuanya terbayar saat resepsi dan berjumpa dengan sanak sodara karib kerabat, lelah tapi menyenangkan. Tapi, jangan berpikir itu adalah akhir keribetan ini, karena minggu depannya masih ada lagi satu acara di rumah mama saya itu, sepasaran atau apalah namanya...#owalaahh..
Beberapa quote yang saya ingat seputaran perkawinan ini adalah :

"Lhooh.. Om Maman itu, dari dulu itu ternyata belum menikah toh sama Tante Putri " (Zulmi, setelah  mencuri dengar apa sumber kesibukan saya akhir-akhir ini)
"Terus, tugasku apa Ma? Penerima tamu kecil?? asyiikk... nanti kita pake baju kembaran ya Ma, terus rambutku dipakein bando aja, tapi sepatuku sudah sempit. Eh, tugasnya penerima tamu kecil itu ngapain aja?" (Sheby, setelah  meneliti tugas kami satu persatu dan tidak menemukan namanya disana)

Anyway, Selamat ya Om Arman dan Tante Putri, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, saya nggak akan bilang akhirnya, karena sesungguhnya inilah awal dari kalian berdua :)

Untuk memenuhi keinginan pembaca (padahal keinginan penulis :D) ini beberapa gambar acara-acara diatas.

Sang calon pengantin saat acara lamaran

Kakak-kakak narsis sang calon pengantin

Para penerima tamu kecil yang tak kalah narsis di acara resepsi, mantennya mana? dah mutung.. laper..:D

Sebenarnya ada beberapa foto lagi tapi sepertinya kurang layak ditampilkan :p



Friday, January 20, 2012

caught in the middle..


Nah, jadi begini situasinya :
  1. Saya sedang serius bekerja, diiringi Hot n Cold nya Katy Perry, sambil berdendang-dendang ngaco, dan setiap menemui data 'ajaib' mulai ngedumel nggak jelas. Terdengar suara ketuk pintu dan salam yang langsung diiringi wajah seorang bapak yang sangat santun menyembul dari balik pintu ruangan saya. Si bapak ini dulunya sempat mengira saya adalah juga orang yang santun budi pekerti dan halus tutur bahasanya, bagaimana saya bisa tahu? Ketika dia tahu saya akan menikah dengan suami, dia bilang begini, "Saya ikut senang Mbak menikah dengan Bapak, orangnya sama-sama kalem dan sabar". Iya, waktu saya masih muda dulu, si bapak ini memanggil saya 'Mbak', baru-baru saja jadi ber 'Bu'. Saya cuma mesem, membiarkan dia dengan persepsinya :)  Nah, sepertinya persepsi itu kini telah berbalik 180 derajat, karena begitu masuk ruangan saya, sapaannya adalah , "Bu, tadi sedang ngobrol dengan siapa Bu? Kan nggak ada orang lagi di sini"  dengan wajah agak takjub tentunya. Eennggg....ehehehe, sambil nyengir lebar bilang "Ngomong sendiri Pak, saya biasa begitu kok"
  2. Jika sedang mengemudi, saya selalu mengomentari kondisi lalu lintas, perilaku para pengendara dan lain lain, tanpa memperhatikan ada tidaknya penumpang di mobil saya itu. Lha wong saya tidak ingin berdiskusi kok, saya hanya ingin komentar pelan-pelan, kalau kata orang jawa : nggeremeng. Selama ini yang paham kebiasaan saya sih, anak-anak dan 'bidadari' saya, mereka tahu saya tak perlu ditimpali kalau sedang begitu. Nah, sejak 2 minggu yang lalu ketika suami saya sakit dan resmi membuat saya jadi pengemudi tunggal, pada suatu kesempatan saya supirin, dia bertanya, "Kamu itu kalo lagi nyupir sendiri opo yo nggeremeng dewe koyo ngene?"  #waduh ketahuan "ya iya.." sambil nyengir, soalnya speechless. Dia berusaha menunjukkan wajah maklum. Suatu ketika, saat mendapati si bungsu kami bermain game sambil nggeremeng, maka dia langsung melirik saya, "Sekarang aku tau, darimana dia belajar begitu" ups..
Begitulah, kira-kira kalau tertangkap basah sedang ngomong sendiri begitu, menurut orang-orang itu saya nggak terlalu aneh kan?

Wednesday, January 11, 2012

status = level kebutuhan akan perhatian?


Berawal dari pertanyaan Bos Besar saya, suatu ketika dalam perjalanan ke KanPus :
BB (bos besar, bukan bau badan yaa..) : Bu, kalo orang yang suka ngirim-ngirim gambar ke grup, tapi gambarnya isinya dia dan keluarganya terus, dalam berbagai kesempatan, itu artinya apa ya ?
S (stap a.k.a saiah): #membatalkan niat molor sepanjang perjalanan, eenngg apa ya Pak? caper kali ya Pak.. #jawaban spontan yang sangat asal
BB : iya lho, awalnya saya sih nggak perhatian, tapi lama-lama kok dia terus ya yang ngirim, dan gambarnya gambar diaaa semua dan keluarga, lama-lama kan jadi gimanaa yaa..
S : bosen juga ya Pak? ya leave grup ajah Pak #tarik napas panjang dan mulai sok analitis : ya mungkin pada dasarnya memang orangnya suka narsis, tapi bisa juga dia caper seperti yang saya bilang tadi, dan untuk orang-orang selevel Bapak atau bahkan lebih tinggi lagi, kehausan akan perhatian tadi implikasinya bisa jadi hal-hal tak terduga semacam itu. Makin tinggi status sosial atau jabatan seseorang, maka makin kecil kemungkinan ybs untuk bisa curhat dengan bebas. Yang mau dicurhatin tidak banyak, topik yang dicurhatkan pun jadi makin terbatas. Sebetulnya mungkin teman Bapak yang narsis tadi dia cuma ingin ditanya : itu lagi dimana, sedang acara apa, atau mungkin ingin dipuji atau apa.. yang gak dia dapet dari lingkungan terdekatnya, yang mungkin saja karena keluarga dan saudara sama-sama sibuk, atau stafnya juga yang segan sama dia..
BB : iya ya Bu, bisa jadi ya..

Saya lalu jadi ikut berpikir juga apakah saya tadi mengigau? sebetulnya saya menjumpai banyak fenomena semacam ini (baca : haus perhatian.red) dan ujung-ujungnya yang dijadikan pelarian adalah dunia maya, ya FB, twitter, BBM macam-macamlah. Sering saya menjumpai orang-orang yang memasang status yang kurang pantas, karena menurut saya itu 'jerohan' rumah tangga. Ada yang berupa curcol, hujatan bahkan amarah yang tidak tersalurkan pada tempatnya. Artinya tidak ada manfaat yang didapat dari memasang status-status semacam itu, uneg-uneg tidak tersampaikan dengan tepat sasaran, yang 'ditembak' bisa jadi malah cuek dan merasa tidak bermasalah, jadi ya wasting time and energy saja. Oh wait..bisa jadi tidak buang energi, karena untuk beberapa orang melampiaskan sesuatu itu adalah kebutuhan, maka ketika sudah dilakukan mereka akan merasa lega, karena yang dibutuhkan adalah pelampiasan, bukan saran atau tanggapan, apalagi solusi. Tetapi bukan tidak mungkin setelah amarah meluap membabi buta semacam itu, yang terjadi justru malah menyesal sudah overreacting

Lalu ada juga status-status atau mungkin foto-foto seperti dalam kasus Bos Besar saya itu, yang sifatnya 'pamer'. Mengapa saya beri tanda petik ? Karena mungkin si pemasang status tidak bermaksud pamer, hanya ingin 'berbagi informasi' dia sedang ada dimana, dengan siapa saja, untuk keperluan apa, berapa lama dan seterusnya. Dampaknya apa? orang-orang yang tidak ingin tahu informasi tersebut, jadi merasa terganggu, karena informasi tersebut dianggap tidak penting tetapi mereka 'dipaksa untuk tahu'. Dan kalau saya pribadi sih ya heran saja : kok ada ya orang bodoh yang mau mengkomodifikasi kehidupan pribadinya sendiri, kalau istilah saya menjadi wartawan infotainment untuk diri sendiri hahaha.. Belum lagi status yang mungkin bisa membahayakan diri dan keluarga (yang ini saya pernah membaca ulasannya di sebuah grup BBM), semacam : "sendirian di rumah, hii" atau "lagi liburan di xxx with luvly famz". Tidakkah terpikir oleh para pemasang status itu, bahwa status semaam itu bisa jadi 'undangan' buat para penjahat menggarong rumah mereka ketika sedang ditinggal berlibur atau justru menyatroni ybs ketika sedang sendirian di rumah?

Nah, jadi apa tadi manfaat memasang status 'sampah' seperti contoh diatas? Tidak ada? Baiklah. Saya bukan tidak pernah memasang foto liburan di FB, atau status 'sampah' tidak penting semacam itu, but I''ve learned, dan saya sudah bosan, kapok, malas. Apa pasal? sekitar dua minggu yang lalu saya bahkan menjadi korban kehausan perhatian seseorang yang kebetulan meluapkan dalam status FB dan BBM. Saya yang males nyetatus dan biasanya menikmati perubahan status rekans sambil lalu saja, atas nama 'patuh pada perintah' akhirnya rela-rela saja 'memantau' perkembangan 'status palsu' itu, update progress report plus interpretasi ngawur pribadi, aduuhh ribeett.. dan voilla!! jadinya : berantemm!! Hadehh.. tuh kan jadinya malah saya yang curhat ga jelas disini hehehe... Intinya, jika ada sesuatu yang perlu dikomunikasikan, komunikasikanlah secara efektif. Identifikasikan siapa targetnya, kenali karakter masing-masing target dan cari cara yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan si target. Tidak perlu mengumbar hal-hal yang tidak perlu diumbar kepada publik. Tidak bermanfaat ! Dan, belum tentu publik ingin tahu, kan Anda bukan artis toh? eh, tapi kalo Anda artis, ato (sok) ngartis ya silahkan saja :D

Friday, December 02, 2011

usia itu absolut, yang membuat relatif penampakannya :)

Awal minggu ini, sesuai undangan yang difax pada Jumat minggu lalu sekitar jam 5 sore, saya diajak Bos Besar saya menghadiri rapat di Kantor Pusat. Membaca daftar yang diundang, saya agak takjub juga, mengingat topik yang akan dibahas adalah usulan Unit kami untuk memberikan sertifikasi ahli pemeliharaan ke Kantor Pusat. Nah, usulan Unit kecil ini ternyata ditanggapi dengan serius dan membawa kami pada rapat hari itu, yang juga mengundang Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan dan mantannya (mantan Kapusdiklat maksudnya bukan mantan pacar), Kepala Divisi OD, dan beberapa Senior Manajer entah apa, saya juga tidak terlalu ngeh dengan struktur organisasi holding kami itu. Nah, saya, 'prajurit' wanita satu-satunya di ruangan itu, merasa terdampar dalam rapat strategis para 'Jenderal' pemikir dunia, setidaknya dari sekilas pandang saya kepada seluruh peserta rapat sih begitu. Sebagai bentuk pembunuh kebosanan pertanggungjawaban keikutsertaan saya dalam rapat ini, maka saya tetap menyimak dengan tekun setiap pembicaraan, dan menemukan bahwa selama ini kami sebagai anak perusahaan, bagaikan katak dalam tempurung. Kami sudah merasa hebat dengan pencapaian kami, walaupun dalam banyak hal memang pencapaian kami layak diacungi jempol. Tapi kami ternyata tidak mengetahui perubahan-perubahan strategis yang sedang terjadi di Bapak perusahaan kami, kami belum sepenuhnya meratifikasi seluruh peraturan Bapak perusahaan kami itu dan banyak hal lain yang berujung pada komentar, "oooo..." panjang dari saya, dalam hati tentu saja. Di tengah pemaparan dan diskusi-diskusi panjang itu saya memutuskan untuk merajut saja sebenarnya, tapi mengingat merajut pun saya tak bisa, maka saya membuat semacam minute of meeting untuk konsumsi pribadi. Biasanya dilengkapi dengan komentar2 iseng asal-asalan, namanya juga konsumsi pribadi. Selebihnya saya kembali menyimak jalannya rapat, dan bersyukur saya tidak perlu mempresentasikan usulan Unit kami di tengah 'para dewa' ini karena Bos besar sudah membereskan segalanya *yess!! Di tengah sesi tiba-tiba mereka menyadari, bahwa sang pengundang dan sang tuan rumah rapat ini, keduanya adalah dua pihak berbeda, yang jelas bukan saya dan Bos Besar, tidak ada yang menyiapkan notulensi sebagai bentuk legalitas hasil rapat ini. Maka dengan semena-mena, mengingat saya satu-satunya wanita, tugas itu pun jatuh ke tangan saya. Dan saya bersyukur saya tidak melakukan hal yang biasanya pada minute of meeting saya itu , beberapa menit sebelumnya saya membunuh keinginan saya untuk menuliskan catatan penting : si Bapak di Ujung ke dua dari kanan kok mirip Richard Sambera ya *hahay..

Setelah isi notulensi disepakati, tugas berikutnya adalah mencetak untuk kemudian ditandatangani para pejabat berwenang. Ketika akan beranjak, bapak-bapak orang holding di sebelah saya bertanya, "Mbak, kalau SPPD ini ditandatanganinya kemana ya, kalau disini ?" dengan sigap saya pun lalu menawarkan bantuan, "biar saya bawa aja Pak, sekalian saya mau ngeprint ke atas". Mengingat si bapak adalah tamu #padahal saya juga tidak tahu siapa yang berwenang menandatangani dan ruangannya di lantai berapa, pokoknya saya menuju salah satu Subdit langganan saya di KanPus ini untuk numpang ngeprint, nanti dari sana baru bertanya.

Sesampai di lantai empat, setelah berhaha-hihi dengan penghuni ruangan, saya diijinkan membajak salah satu komputer mereka dan mulai mencetak. Taklama kemudian lewatlah si Bubun, yang dulunya pernah magang di Unit saya lalu ditarik ke KanPus. Seperti biasa dia menyapa heboh :
Bubun : "Hay Mbaak pakabar, ada acara apa kemari ?" #cipikacipiki
Saya : "Alhamdulillah baik, Bubun pakabar? Ini rapat sama holding"
B : "Owgh, yang di lantai 1 ya, pantesan ada si ***" #si Bubun menyebut nama bapak penitip tandatangan tadi. Saya kaget,
S : "Lah Bubun kenal Pak *** ?"
B : "Ya iya Mbak, wong kami seangkatan"
Oops...Nah lho..Kirain si bapak itu, yaahh.. speechless deh. Pantas saja, tadinya saya sudah menduga 'ada yang tidak beres', ketika si Pak *** tadi mengulas pengalaman benchmark dan hubungannya dengan proses yang sedang dan akan terjadi di holding, si bapak menyebut namanya untuk mengganti sebutan kata ganti orang pertama. Misalnya saya ngomong begini : Ketika berkunjung ke PT. XYZ itu, Maya (instead of saya!!) melihat banyak hal yang bisa kita tiru, lalu Maya sampaikan kepada Koordinator blabla.. , kurang lebih begitulah, kesannya manja banget ya :D Dalam hati saya membatin : kok ada ya generasi tua yang menyebut dirinya sendiri dengan namanya sendiri, bapak-bapak pula *sigh*. Salahkan saya yang tertipu oleh penampakan "Pak ***".

Sekembali saya ke ruang rapat, menyerahkan draft notulensi untuk ditandatangani dan tentunya menyerahkan titipan SPPD si "Pak ***", eh dia bilang begini,"Makasih ya Mbak, eh tadi ada dua yang masih ketinggalan, terus saya titipin ke lantai 5, gimana Mbak?" Reaksi saya? sambil pasang senyum termanis bilang, "sama-sama Pak, owgh gitu ya, waahh kok bisa ketinggalan sih Pak, ini yang 5 dah kelar nih, ntar coba bapak tanyain ke lantai 5 lagi yaaa, tadi saya ga dititipin sama si mbak sekretaris soalnya" hehehe..olahraga dikit kan gapapa ya"Pak" :D

Lalu rapat berlanjut sebentar dan saya menemukan fakta lain, bahwa salah satu peserta rapat dari holding, yang saya pikir usianya yaah... sebelas dua belas dengan "Pak ***" #tentunya setelah saya tahu kisaran usia si "Pak ***" ternyata adalah teman seangkatan Bos Besar saya yang berarti umur mereka berdua sepantaran !! Hadududuh...saya makin merasa bodoh dalam menaksir usia seseorang.

Sepertinya saya 'termakan' asumsi sendiri bahwa penampakan seseorang akan berbanding lurus dengan usianya, maka saya sering heran walaupun senang juga, ketika saya jadi 'korban' kesalahan penaksiran usia tadi. Saya pernah dikira anak PKL oleh satpam baru kantor saya, hampir 'digoda' anak-anak magang baru karena dikira kakak angkatan mereka yang berarti usianya sepantaran. Di kesempatan lain, sempat pula 'diinterogasi' ketika akan mengambil data yang tertinggal karena memasuki kantor di hari libur. Dan yang akhir-akhir ini, dipandang 'sebelah mata' karena kebetulan saya 'menempati kotak' yang biasanya ditempati orang-orang yang sudah sepuh senior. Saya tidak kesal, bahkan sejujurnya saya menikmati momen-momen 'dipandang sebelah mata' itu, saya merasa jadi tidak ada beban harus bagaimana bagaimana, kecuali untuk urusan yang memerlukan persuasif ya. Pernah suatu ketika, dalam kesempatan studi ekskursi mahasiswa dari "sekolah tinggi tinggi sekali", bapak dosen pendamping sempat berkata, "nggak nyangka ya, Ibu ternyata masih muda", eh?? Pernah pula seorang asesor eksternal meminta data langsung dari bos saya, dan berasumsi saya memberi jawaban yang ngawur, maaf ya bapak, dalam konteks ini, sayalah 'bos ngawur' itu hahaha.. tapi data saya real lho *wink* Dan yang paling baru, seorang calon mitra, dari sebuat biro perjalanan, tampak sangat ogah-ogahan mendengar penjelasan dari saya yang sudah berbusa-busa ini. Bukan masalah semangat sih, saya cuma ingin cepat selesai saja, jadi saya bisa mengerjakan yang lain, karena pertemuan dengan mereka tidak saya kategorikan bekerja :D Nah ketika salah seorang Supervisor saya masuk, yang kebetulan si bapak ini memang auranya sangat berwibawa, dengan kumis melintang dan suara yang 'dalam'. Orang-orang travel ini langsung tampak 'behave' dan sangat respect. Ooo..tahulah saya, mungkin yang ada di benak mereka : nih anak kecil ngapain lagi ngomong panjang lebar, bukannya langsung manggilin bossnya aja kek.. Ketika mereka berpamitan, si bos travel sepertinya tak tahan untuk tak bertanya, "kalau Bu Maya itu disini sebagai apa ya ?" saya harus menahan diri untuk tidak bilang saya office girl, yang berarti girl who work at the office hehehe, sebelum bapak Supervisor saya yang berwibawa itu memotong, "Bu Maya itu 'bos' saya" Aduhh... merusak acara deh Pak, penyamaran saya jadi terbongkar kan... Padahal saya berencana untuk berperan jadi juru ketik pada pertemuan kami yang berikutnya *sigh*

Gambar diambil dari sini