Pages

Tuesday, July 17, 2012

kepantasan versi siapa?

Hari Jumat sekitar dua bulan lalu, atas nama tanggung jawab moral karena merasa kurang terlibat pada acara pekan olahraga dan seni di kantor, saya menghadiri acara puncak berupa penutupannya di Kantor Pusat. Acaranya lumayan menghibur, final pertandingan volley ball putra dan putri, final pertandingan tennis lapangan dan lomba vocal group disambung pengumuman para juara dan seremoni penutupan. Dari niat semula yang hanya setengah hari saja, saya memutuskan untuk berhari krida saja hari itu, sekalian menebus dosa. Alhamdulillah Unit saya menjadi Juara umum, sebagaimana yang sudah diprediksi dan menjadi tradisi #plak! :) Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan disini, saya ingin bercerita tentang nilai-nilai kepantasan dan kesopanan. Mengapa ? Detilnya berawal pada lomba vocal group. Karena format dan aturan lomba yang kurang jelas, atau memang dibuat begitu saya tidak tahu, maka masing-masing Unit menampilkan bermacam-macam pertunjukan, ada yang band ethnic, band biasa, vocal group beneran, ada pula yang menampilkan grup kentrung. Tahu kentrung ya? Jenis kesenian khas jawa timur, semacam ludruk, tapi minus cerita beralur, jadi ada parikan atau pantun berbahasa jawa, juga kidung kidung dan nyanyian khas berbahasa jawa. Lomba vocal grup ini sangat seru menurut saya, despite the fact that it is the only competition I watch :D Masing-masing Unit menampilkan artis artis yang tidak kalah dengan para artis sungguhan.  

Nah, pada acara-acara semacam inilah seorang pejabat biasanya akan 'ditodong' untuk menyumbangkan (baca : membuat jadi sumbang.red) barang satu atau dua buah lagu. Korban pertama adalah Bapak Direktur Produksi saya, yang suaranya-oh-sungguh-sangatlah-keren-sekali, yang membawakan (bukan menyumbangkan seperti definisi ngawur diatas) lagu berbahasa jawa yang saya lupa judulnya, tapi benar-benar mantab dan menghibur, four thumbs up Sir! Setelah beberapa pejabat lain yang menyanyi, tibalah giliran salah satu Bapak Direksi anak perusahaan kami, yang notabene dulunya bertetangga dengan kami dan saya kenal baik keluarganya. Si Bapak ini orangnya keren, karena ganteng itu relatif yaa.. makanya saya bilang keren, baik hati dan sangat santun, meskipun bisa ngocol juga, dengan suara ngebass yang membuatnya makin charming dan mendukung si Bapak jadi terpancar pesonanya tanpa harus berusaha lebih. Dan setahu saya juga si Bapak ini memang tidak pernah berusaha untuk menebarkan pesonanya, ya seperti saya bilang tadi kan, pesona itu terpancar dengan sendirinya..#dumdidumdidim..Ketika si Bapak berada di atas panggung, mulailah terlihat kasak-kusuk bisikan dan suara tawa genit dari para Staf si Bapak yang kebetulan berderet-deret di depan saya. Perlu dicatat bahwa yang saya bilang para Staf ini adalah anak-anak yang relatif baru direkrut, mungkin masa kerjanya rata-rata kurang dari lima tahun. Suara cekikik tawa genit makin menjadi-jadi sampai pada puncaknya, setelah agak didorong-dorong rekan-rekannya salah satu cewek Staf si Bapak tadi maju ke depan dan naik ke atas panggung untuk menyerahkan bunga ke si Bapak yang sedang menyanyi. Selanjutnya ini berasa adegan lambat buat saya, saya mlongo..saya tengok ke sebelah kanan, seorang mbak senior saya, dia juga sama mlongonya, kami saling pandang, "itu tadi apa? ngasih bunga?" Si Mbak sebelah saya diem aja, mengerjap-ngerjap, sepertinya dia lebih syok dari saya, "keknya sih iya, duh anak sekarang ya.." akhirnya dia jawab sambil menghela nafas panjang. Adegan lambat kami berakhir ketika si Staf tadi turun panggung sambil senyum-senyum dan wajahnya bak kepiting rebus. 

Detik berikutnya, yang saya rasakan saya sebal, sangat, pada si Staf cewek itu tentunya. Padahal saya bukan istri maupun fans si Bapak, jadi tak mungkin saya cemburu. Saya, bukan tidak pernah mengagumi satu dua pejabat dengan kriteria yang beragam, karena tampanlah, karena pintar dan kebapakan, karena sabar, atau bahkan, ini yang paling absurd menurut saya, karena wangi. Dan kami, saya dan teman-teman saya, yaa..paling mentok hanya mengagumi dari jauh, memujamuji penampilan atau kebijakan 'para idola' kami itu, itu sudah pol. Tak pernah terpikir untuk memuji secara langsung atau bahkan sampai mengulurkan setangkai bunga ala ababil sedang nonton konser artis pujaan hati semacam itu. Teringat komentar si Mbak Senior, "...duh anak sekarang yaaa.." Saya membayangkan Nyonyah Direksi menyaksikan 'aksi spontanitas' tadi, kalau melihat model orangnya sih sepertinya dia akan oke-oke saja, paling-paling nyengir. Mungkin memang batasan kami berbeda, generasi saya dan generasi 'anak sekarang' itu tadi. Mereka lebih permisif terhadap hal-hal yang, kalau menurut saya bisa diartikan 'menggoda'. Jadi dalam hal ini meskipun si idola sudah sangat tidak berniat menjadi idola dengan tebar pesona, fansnyalah yang sangat agresif sehingga timbul konotasi itu. Yang menurut generasi kami sudah tidak pantas dan tidak sopan, menurut mereka mungkin biasa saja, karenanyalah mereka melakukannya. Ada nilai-nilai yang sudah bergeser standarnya, kesopanan dan kepantasan. Sepulang acara, dengan semangat menggebu-gebu, saya ceritakan hal tadi ke suami saya yang kebetulan sedang ada di rumah. Komentarnya singkat tapi cukup menohok "paling kamu itu menganalogikan Bapak Direksi tadi dengan aku, makanya jadi ikutan sebel". Hehh?? Apa iya ya? Ah, pokoknya kalau bisa sih, saya dengan sukarela akan mewakili istri Bapak Direksi untuk menonjok dan menjudesi si Staf nan ganjen itu..

7 comments:

lely_gesta said...

Tambah satu lagi kriterianya, karena lucuuuuuu... :D

May said...

hehehhe.. iya tambah satu lagi, lucuu, dan semua jawaban benar :x

Rona Nauli said...

dari kemarin mo komen, ga sempet2 hiks...

kasih ntu staf lirikan mautmu, neng :p. btw, deep inside her heart sayah yakin dia pasti maluuuu...tinggal butuh seseorang yg memastikan bahwa yg dia lakukan itu memang 'memalukan dan ga pantes'...menurut sayah sih :p

May said...

aiyoyoo...ketoke selama dia berada di 'alam'nya yg sekarang lirikan maut ampe juling juga ga bakal mempan kali say, kecuali dia di'treatmen' dan di'pindahalam'kan trs dicuci otak :D #tampak sangat kejam yo prosesnya

May said...
This comment has been removed by the author.
dian said...

kalo pak gm satunya dpt setangkai mawar merah, gmn ya? 8->
kira2 bu gm-nya bakal melototi yg mana? ;;)

May said...

hahay, tergantung, mawarnya diterima ato nggak, u know me so well dah..wkwkwk..