Tidak semua orang menyukai detil, dan menaruh perhatian pada hal-hal kecil. Saya, termasuk salah satunya. Tapi entah mengapa, atasan saya pernah berkata, "Yang begitu sih biasa Bu, ga usah terlalu dipikirin..". Bahkan sampai beberapa kali, untuk beberapa hal yang berbeda. Lalu saya jadi berpikir, apa iya saya kelihatan begitu serius memikirkan hal-hal yang dimaksud. Kecenderungan saya untuk
strict to the rule mungkin membuat saya tampak
perfectionist dan banyak pertimbangan, tapi apa iya? Jangan-jangan saya sudah mulai bertransfomasi karena terprovokasi *haiyaahh bahasanyaa..* oleh lingkungan sekitar.
Well, let see..
Tidak jarang memang, saya mendapat informasi yang sebetulnya saya tidak ingin tahu, yang kalau info ini sampai kepada pihak lain, bisa jadi fitnah. Dan saya sih masa bodoh dengan hal-hal semacam itu. Paling-paling mengobrolkannya secara ringan dengan suami.
Pernah juga saya seruangan dengan seseorang yang hobinya mengomentari segala, segala disini dalam arti s - e - g - a - l - a, termasuk yang remeh temeh. Ya saya males aja, menimpali kalo memang ditanya, itu pun seperlunya. Saya masih punya satu negara buat diurusin, ciyee..belaguu..
Namanya juga ibu-ibu setiap ngumpul ya ada saja yang diperbincangkan. Baik ibu-ibu tetangga, ibu-ibu saudara, ibu-ibu wali murid, dan banyak lagi yang lainnya..nah kadang perbincangan ini berujung pada, misalnya, "eh, si X sudah pake BB lho, kmaren aku sudah diinvite, kamu udah blon? " "Blon tuh" "Iya kah? kok belum ya?" " Tauk deh, ga butuh kali, ben wae lah, aku juga blon butuh kok" hehehe.. yah sudah bisa ditebak kan, kalimat terakhir itu dialog siapa.
Terakhir, saya ditelpon tetangga yang mengadukan bahwa anaknya dipukul oleh si bungsu saya. Padahal saya tanya anaknya sih katanya enggak, dan tidak ada saksi pula. Ya saya bilang saja pada si Emak tetangga nan cerewet ini, kalo anaknya bilang anak saya yang salah ya so sorry, tapi anak saya bilangnya enggak tuh. Eh rupanya dia curhat mencak mencak ke tetangga yang lain tentang kesantaian saya menghadapi masalah itu. Lah, saya bingung, anak-anak berantem bukannya biasa ya, kalo kita berantem juga kan malu, kalo besoknya mereka sudah main bareng lagi. Oia, si Emak tetangga nan cerewet ini pernah juga sewot gara-gara tetangga yang lain pada kompak ngejodoh-jodohin putriku tercinta dan anak sulungnya, padahal waktu itu para krucil masih TK. Dia bilang, "Wah.. ya jangan..ntar aku dimarahin sama anakku dong kalo ga sesuai seleranya" Hadeehhh, capee deh, memangnya anak saya pasti mau gitu sama anaknya situ, lagian juga masih pada precil, please deh, jangan lebay.. kalimat terakhir saya simpan dalam hati tentu saja :D
Nah, kalau dilihat dari 'uraian' diatas, sepertinya saya memang cenderung cuek bukan?
No wonder badan jadi subur makmur begini, meskipun sedang ber-
long distance marriage dengan suami. Jadi, balik ke kasus komentar atasan saya tadi, ya saya simpulkan saja bahwa atasan saya itu belum terlalu mengenal saya, sehingga kalaupun persepsinya terhadap saya kurang begitu tepat, ya biar saja,
do not sweat for the small stuffs, ben wae lah, ya toh? ;)
Gambar diambil dari
sini