Selalu ada saat pertama untuk segala sesuatu, segala sesuatu pasti ada awal mulanya.
Memandangi teduh wajahnya semalam, membaca ulang catatan, hampir delapan tahun kebersamaan kami, sungguh bukan tanpa cela. Kami pernah terjatuh, saya pernah terluka, dia terlebih lagi. Saya yang lebih ekspresif jelas tampak lelah, mungkin dia lebih lelah lagi, hanya tak ingin menampakkan. Namun diatas segalanya, saya bersyukur jalan hidup kami dipertemukan untuk melangkah bersama. Dia mungkin tidak romantis, maka saya cukupkan syukur saya atasnya, atas mobil yang sudah bersih siap terpakai, kadang-kadang. Dia memang tidak ekspresif, maka saya cukupkan syukur saya atasnya, atas pelukan dalam diam saat hati saya membadai. Saya merasa tercukupkan. Saya bersyukur saya dicukupi olehNya, melalui dia. Seperti semalam, untuk pertama kalinya, saya dengan (suka)rela menyerah pada apa yang menurut saya layak diperjuangkan, karena dia. Untuk pertama kalinya saya sadari, dia layak mendapat lebih dari apa yang saya bisa berikan, bahkan lebih dari apa yang saya miliki. Hal-hal yang bahkan tidak pernah dimintanya. Dan untuk pertama kalinya pula saya menyadari, saya yang selama ini sudah merasa cukup, betapa ternyata belum cukup bersyukur.
Lalu untaian doa saya panjatkan untukNya, Sang Maha Mengetahui Segala Yang Tersimpan di Hati, untuk karunia ketetapan hati bagi kami berdua dan malaikat-malaikat kecil kami, agar selalu berada di jalanNya.
Selalu ada saat pertama untuk segala sesuatu, segala sesuatu pasti ada awal mulanya, kecuali hanya Dia, Allah SWT, Al Malikul MulkMemandangi teduh wajahnya semalam, membaca ulang catatan, hampir delapan tahun kebersamaan kami, sungguh bukan tanpa cela. Kami pernah terjatuh, saya pernah terluka, dia terlebih lagi. Saya yang lebih ekspresif jelas tampak lelah, mungkin dia lebih lelah lagi, hanya tak ingin menampakkan. Namun diatas segalanya, saya bersyukur jalan hidup kami dipertemukan untuk melangkah bersama. Dia mungkin tidak romantis, maka saya cukupkan syukur saya atasnya, atas mobil yang sudah bersih siap terpakai, kadang-kadang. Dia memang tidak ekspresif, maka saya cukupkan syukur saya atasnya, atas pelukan dalam diam saat hati saya membadai. Saya merasa tercukupkan. Saya bersyukur saya dicukupi olehNya, melalui dia. Seperti semalam, untuk pertama kalinya, saya dengan (suka)rela menyerah pada apa yang menurut saya layak diperjuangkan, karena dia. Untuk pertama kalinya saya sadari, dia layak mendapat lebih dari apa yang saya bisa berikan, bahkan lebih dari apa yang saya miliki. Hal-hal yang bahkan tidak pernah dimintanya. Dan untuk pertama kalinya pula saya menyadari, saya yang selama ini sudah merasa cukup, betapa ternyata belum cukup bersyukur.
Lalu untaian doa saya panjatkan untukNya, Sang Maha Mengetahui Segala Yang Tersimpan di Hati, untuk karunia ketetapan hati bagi kami berdua dan malaikat-malaikat kecil kami, agar selalu berada di jalanNya.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-Hadiid : 3)
picture taken from here