Pages

Thursday, March 15, 2007

undangan manten

Undangan manten memang selalu istimewa, apalagi kalo ada potonya ( as for me, saya ga tega foto saya dibuang ke tempat sampah pas tanggal undangannya sudah lewat..). Saya suka aja ngeliat para calon manten itu (waktu dipoto biasanya masih calon manten kan ?!?) dalam berbagai pose yang sepertinya bersaing menunjukkan kemesraan dengan pasangannya masing-masing. Seperti siang tadi, ketika mampir di Keuangan dan ga sengaja liat undangan manten tergolek di meja, reflek saya pungut karena tertarik pada potonya, kok wajahnya familiar ya.. batin saya. Pas baca nama pengundang dan mantennya, saya langsung ilfil.
Jadi ceritanya, saya, suami dan si pengundang bekerja di instansi yang sama. Nah, si calon manten ini, dulunya ...way before I joined this company, pernah 'dikenalin' ke suami saya, yang ternyata 'proyek perkenalan' itu ga sukses *ya iyalah, kalo sukses ga jadi suami saya kan..* Entah siapa yg 'ga doyan' sama siapa, yang jelas buat saya itu masa lalu dan tak jadi masalah, buktinya saya masih bisa bermanis muka pada para 'mantan calon' yang lain. Ketika kemudian si pengundang tak hadir ke pernikahan kami, saya mulai bertanya-tanya kenapa ya ? tapi saya masih coba berpikir positip, mungkin memang ga bisa datang, lagipula kami kan hanya kolega, teman sekantor. Tapi ketika dalam beberapa kesempatan kami berjumpa dengan si pengundang, secara kita tinggal di kota kecil yang sangat memungkinkan untuk sehari ketemu dua tiga kali, dan saya yang secara pribadi sama sekali tidak mengenalnya tapi berusaha menyapa, well tidak dengan kesadaran sendiri sih berusaha menyapanya, lebih tepatnya dengan paksaan dan desakan suami, wajar dong kalo saya muangkel sapaan saya dicuekin, entah dengan sengaja ato enggak, saya sudah mulai ga mau tau. Dalam beberapa kesempatan berikutnya mereka malah pura-pura ga tau, owgh! Ya sudah, saya paham kalo bendera permusuhan sudah dikibarkan, tanpa saya tahu apa salah saya. Ketika kemudian di pengundang ini pensiun saya lumajan lega, tapi rupanya dia 'menitipkan' anaknya, si calon manten, ke koperasi kantor kami. Well, selama ga berhubungan apalagi bikin masalah dengan saya sih ya ga masalah. Tapi rupanya, si calon manten ini menempati posisi kasir koperasi, yang mana pada suatu masa ketika saya harus mengambil SHU, saya harus berhubungan dengannya, oh tidak! Masalah pun datang ketika saya, seperti biasa, mengambil SHU milik suami saya. Ibu kasir Unit saya bisa sukses mengantongi SHU suaminya, yang notabene satu Unit dengan suami saya, sementara saya, harus pakai surat kuasa, owgh! nyolotlah saya seketika, "kalo Bu Bin bisa, kok saya ga bisa, kenapa?" sakit hati sekali kan, secara terang2an dideskriminasi begitu. Dasarnya saya paling males ribut apalagi memperpanjang masalah dengan mempertaruhkan reputasi kami, pokoknya kalo dia ga kasih yo wes *tapi sambil memandanginya dengan level kejudesan paling tinggi penuh intimidasi* :)) Walopun akhirnya SHU suami berhasil saya kantongi tanpa harus bikin surat kuasa, tapi kejadian itu telah benar-benar membawa saya amatsangat ga mau berhubungan lagi dengan si calon manten *eh kecuali nanti saat pengambilan SHU tahun ini* , apalagi dateng ke kawinannya, OGAH!! NO WAY !! NEHI !!

3 comments:

dian said...

udah deh... coba bikin pilem india di lapangan... entar kan segala sirik itu ilang ndiri :p ganti dengan rasa bersyukur ga jd ma abangmu, soale wedi digawekno pilem india di lapangan :D

Anonymous said...

sabar .... sabar

ttd
tukang nggedebluesnya irf.blogsome.com

Undangan Nikah Bagus said...

Hai Teman teman mo nikah kan, ayo segera pesan undangan yang murah dan berkualitas, tempatnya di www.undanganmanten.blogspot.com