Setelah isi notulensi disepakati, tugas berikutnya adalah mencetak untuk kemudian ditandatangani para pejabat berwenang. Ketika akan beranjak, bapak-bapak orang holding di sebelah saya bertanya, "Mbak, kalau SPPD ini ditandatanganinya kemana ya, kalau disini ?"
Sesampai di lantai empat, setelah berhaha-hihi dengan penghuni ruangan, saya diijinkan membajak salah satu komputer mereka dan mulai mencetak. Taklama kemudian lewatlah si Bubun, yang dulunya pernah magang di Unit saya lalu ditarik ke KanPus. Seperti biasa dia menyapa heboh :
Bubun : "Hay Mbaak pakabar, ada acara apa kemari ?" #cipikacipiki
Saya : "Alhamdulillah baik, Bubun pakabar? Ini rapat sama holding"
B : "Owgh, yang di lantai 1 ya, pantesan ada si ***" #si Bubun menyebut nama bapak penitip tandatangan tadi. Saya kaget,
S : "Lah Bubun kenal Pak *** ?"
B : "Ya iya Mbak, wong kami seangkatan"
Oops...Nah lho..Kirain si bapak itu, yaahh.. speechless deh. Pantas saja, tadinya saya sudah menduga 'ada yang tidak beres', ketika si Pak *** tadi mengulas pengalaman benchmark dan hubungannya dengan proses yang sedang dan akan terjadi di holding, si bapak menyebut namanya untuk mengganti sebutan kata ganti orang pertama. Misalnya saya ngomong begini : Ketika berkunjung ke PT. XYZ itu, Maya (instead of saya!!) melihat banyak hal yang bisa kita tiru, lalu Maya sampaikan kepada Koordinator blabla.. , kurang lebih begitulah, kesannya manja banget ya :D Dalam hati saya membatin : kok ada ya generasi tua yang menyebut dirinya sendiri dengan namanya sendiri, bapak-bapak pula *sigh*. Salahkan saya yang tertipu oleh penampakan "Pak ***".
Sekembali saya ke ruang rapat, menyerahkan draft notulensi untuk ditandatangani dan tentunya menyerahkan titipan SPPD si "Pak ***", eh dia bilang begini,"Makasih ya Mbak, eh tadi ada dua yang masih ketinggalan, terus saya titipin ke lantai 5, gimana Mbak?" Reaksi saya? sambil pasang senyum termanis bilang, "sama-sama Pak, owgh gitu ya, waahh kok bisa ketinggalan sih Pak, ini yang 5 dah kelar nih, ntar coba bapak tanyain ke lantai 5 lagi yaaa, tadi saya ga dititipin sama si mbak sekretaris soalnya" hehehe..olahraga dikit kan gapapa ya"Pak" :D
Lalu rapat berlanjut sebentar dan saya menemukan fakta lain, bahwa salah satu peserta rapat dari holding, yang saya pikir usianya yaah... sebelas dua belas dengan "Pak ***" #tentunya setelah saya tahu kisaran usia si "Pak ***" ternyata adalah teman seangkatan Bos Besar saya yang berarti umur mereka berdua sepantaran !! Hadududuh...saya makin merasa bodoh dalam menaksir usia seseorang.
Sepertinya saya 'termakan' asumsi sendiri bahwa penampakan seseorang akan berbanding lurus dengan usianya, maka saya sering heran
Gambar diambil dari sini