Pages

Tuesday, December 16, 2008

mama..

Meninggalkan rumah mama lima tahun lalu membuat saya sadar, betapa selama ini kebutuhanku amat sangat terpenuhi. Mau makan tinggal ambil (ga suka lauknya tinggal tunggu orang lewat). Baju juga tinggal pakai, ga perlu repot nyunye (nyuci-nyeterika). Begitu nikah, ada sedikit 'keterkejutan' saat saya yang biasanya tinggal duduk, makan, cuci piring lalu harus ribet mulai dari belanja, masak, nyiapin makanan, cuci piring. Not to mention the laundry thing. Masa-masa awal menikah, tiap weekend mama selalu berhasil 'menangkap basah' saya yang lagi berkutat entah di dapur, ato di depan papan setrikaan, dan cuma terkekeh geli mendengar keluh kesah saya. Saya benar-benar baru merasakan nikmatnya tinggal di rumah mama setelah tak lagi tinggal disana, dan sekarang malah semakin terasa repotnya menyediakan asupan gizi umat manusia di rumah, sambil ngurus anak, sambil kerja,wheeww... Oia, kenapa ada gambar aneka rupa makanan diatas? Itu representasi mama saya yang jago masak dan bikin kue, mama saya bahkan sempet serius punya catering yang namanya "mafia" (singkatan nama anak2nya) , dimana saya sebagai pemberi ide kreatipnya. Jadi seumpama ada pesanan kue atau tumpeng, saya yang bikin desain bentuk, warna dan ornamen2 apa saja yang jadi hiasannya, terus ikut ngerjain detil pesanan itu sampe jauh malam, I miss those time so much Mom..

Waktu kecil, saya suka sebel ditinggal kerja sama mama, meskipun mama kerjanya ngajar yang cuma pagi sampai siang. Menginjak dewasa saya malah bangga dan bersyukur punya mama bekerja, walopun jadi anak guru membawa konsekuensi saya harus rajin belajar agar jadi anak pintar :p karena guru-guru saya ya teman- temannya mama. Jadi yang namanya ancaman maut " kalo males - bolos - dapet jelek ulangannya (coret yang tak perlu) tak bilangin mamamu lho.." sudah ga mempan buat saya, malah yang bikin saya sebal adalah komentar " pantes aja nilainya bagus, kan ibunya guru" ketika saya, karena rajin belajar, dapet nilai bagus. Lha jelas aja saya gondok, wong mama saya itu guru BP, kan tak ada hubungannya sama nilai menilai pelajaran, weleh!! Ketika sudah jadi mama dan bekerja seperti sekarang, saya sangat memahami alasan-alasan mama terus bekerja, dan jawaban mama ketika kami (saya dan adik saya) bertanya, "mama kenapa sih kok kerja terus? biar papa aja yang kerja, mama di rumah nemenin kita" waktu itu mama hanya menjawab , "mama kerja buat kalian, nanti kalo kalian besar kalian pasti ngerti.." Dan sekarang pun saya berharap, anak-anak saya, terutama Sheby, akan sampai pada pemahaman seperti pemahaman saya sekarang tentang mengapa mamanya harus terus bekerja.

Hari ini mama saya genap 56 tahun, insyaAllah masih 4 tahun lagi baru pensiun dan bisa dititipi anak-anak saya, tapi pada saat itu mereka sudah agak gede dan mungkin ga terlalu perlu dititipkan lagi *ini juga satu lagi yang saya kurang suka punya mama bekerja dan nikah muda :p, mama susah dititipin cucu, belum pensiun sih..*

Happy Birthday Mom, semoga sehat selalu dan bisa melihat tumbuhkembang para cucu, amiin...

cemburu..

kejora itu, yang sinarnya lebih terang dari bintang manapun.
tak kusangka akan melihatnya lagi.
di matamu, setelah kusebutkan nama itu.
lalu hatiku kelu.

Friday, December 05, 2008

memilih sepatu...

Seorang sahabat bercerita, dia baru membeli sepatu. Bukan, bukan sepatu barunya yang menjadi inti cerita, tapi proses memilihnya. Bahwa sepatu yang akhirnya dia beli itu, bukan pilihan pertama, bahkan sempat luput dari pandangannya. Dan dia bilang, "jangan-jangan proses pencarian jodohku juga ga jauh beda". Well, cinta memang tak selalu datang pada pandangan pertama, atau pilihan pertama. Tapi kalau mau jujur pada diri sendiri, kita akan selalu menyadari kehadirannya.

Menyusuri setapak flamboyan ini, Desember lima tahun yang lalu, yang ada aku dan kau. Sesungguhnya masih ada ragu. Kau, orang asing yang kini bertahta dihatiku. Meraja dalam semesta kecilku. Lelaki biasa yang datang tiba-tiba, dan mengajakku melangkah bersama. Saat itu, yang aku tahu, aku mau, meski taruhanya sepanjang sisa hidupku.

Menyusuri setapak flamboyan yang sama, Desember tahun ini, yang ada kita, dan malaikat-malaikat kecil kita. Aroma tanah basah selepas hujan menguarkan rasa yang lima tahun yang lalu tak bisa kuterjemahkan. Mengeja angin yang merapalkan sejuta mantra, berharap akan abadi dalam hati masing-masing kita.

Aku ingin menyusuri setapak flamboyan ini bersamamu, saat malaikat-malaikat kecil kita beranjak dewasa dan menapaki jalan flamboyannya masing-masing. Meski tahun-tahun menjelang kita harus bergandeng tangan. Bukan, bukan karena kita unjuk kemesraan, tapi karena kita telah harus saling menopang. Aku ingin menyusuri setapak flamboyan ini dan menjadi tua bersamamu , sayang...

Happy 5th anniversary sweetheart, I love you so..