Pages

Friday, January 20, 2012

caught in the middle..


Nah, jadi begini situasinya :
  1. Saya sedang serius bekerja, diiringi Hot n Cold nya Katy Perry, sambil berdendang-dendang ngaco, dan setiap menemui data 'ajaib' mulai ngedumel nggak jelas. Terdengar suara ketuk pintu dan salam yang langsung diiringi wajah seorang bapak yang sangat santun menyembul dari balik pintu ruangan saya. Si bapak ini dulunya sempat mengira saya adalah juga orang yang santun budi pekerti dan halus tutur bahasanya, bagaimana saya bisa tahu? Ketika dia tahu saya akan menikah dengan suami, dia bilang begini, "Saya ikut senang Mbak menikah dengan Bapak, orangnya sama-sama kalem dan sabar". Iya, waktu saya masih muda dulu, si bapak ini memanggil saya 'Mbak', baru-baru saja jadi ber 'Bu'. Saya cuma mesem, membiarkan dia dengan persepsinya :)  Nah, sepertinya persepsi itu kini telah berbalik 180 derajat, karena begitu masuk ruangan saya, sapaannya adalah , "Bu, tadi sedang ngobrol dengan siapa Bu? Kan nggak ada orang lagi di sini"  dengan wajah agak takjub tentunya. Eennggg....ehehehe, sambil nyengir lebar bilang "Ngomong sendiri Pak, saya biasa begitu kok"
  2. Jika sedang mengemudi, saya selalu mengomentari kondisi lalu lintas, perilaku para pengendara dan lain lain, tanpa memperhatikan ada tidaknya penumpang di mobil saya itu. Lha wong saya tidak ingin berdiskusi kok, saya hanya ingin komentar pelan-pelan, kalau kata orang jawa : nggeremeng. Selama ini yang paham kebiasaan saya sih, anak-anak dan 'bidadari' saya, mereka tahu saya tak perlu ditimpali kalau sedang begitu. Nah, sejak 2 minggu yang lalu ketika suami saya sakit dan resmi membuat saya jadi pengemudi tunggal, pada suatu kesempatan saya supirin, dia bertanya, "Kamu itu kalo lagi nyupir sendiri opo yo nggeremeng dewe koyo ngene?"  #waduh ketahuan "ya iya.." sambil nyengir, soalnya speechless. Dia berusaha menunjukkan wajah maklum. Suatu ketika, saat mendapati si bungsu kami bermain game sambil nggeremeng, maka dia langsung melirik saya, "Sekarang aku tau, darimana dia belajar begitu" ups..
Begitulah, kira-kira kalau tertangkap basah sedang ngomong sendiri begitu, menurut orang-orang itu saya nggak terlalu aneh kan?

Wednesday, January 11, 2012

status = level kebutuhan akan perhatian?


Berawal dari pertanyaan Bos Besar saya, suatu ketika dalam perjalanan ke KanPus :
BB (bos besar, bukan bau badan yaa..) : Bu, kalo orang yang suka ngirim-ngirim gambar ke grup, tapi gambarnya isinya dia dan keluarganya terus, dalam berbagai kesempatan, itu artinya apa ya ?
S (stap a.k.a saiah): #membatalkan niat molor sepanjang perjalanan, eenngg apa ya Pak? caper kali ya Pak.. #jawaban spontan yang sangat asal
BB : iya lho, awalnya saya sih nggak perhatian, tapi lama-lama kok dia terus ya yang ngirim, dan gambarnya gambar diaaa semua dan keluarga, lama-lama kan jadi gimanaa yaa..
S : bosen juga ya Pak? ya leave grup ajah Pak #tarik napas panjang dan mulai sok analitis : ya mungkin pada dasarnya memang orangnya suka narsis, tapi bisa juga dia caper seperti yang saya bilang tadi, dan untuk orang-orang selevel Bapak atau bahkan lebih tinggi lagi, kehausan akan perhatian tadi implikasinya bisa jadi hal-hal tak terduga semacam itu. Makin tinggi status sosial atau jabatan seseorang, maka makin kecil kemungkinan ybs untuk bisa curhat dengan bebas. Yang mau dicurhatin tidak banyak, topik yang dicurhatkan pun jadi makin terbatas. Sebetulnya mungkin teman Bapak yang narsis tadi dia cuma ingin ditanya : itu lagi dimana, sedang acara apa, atau mungkin ingin dipuji atau apa.. yang gak dia dapet dari lingkungan terdekatnya, yang mungkin saja karena keluarga dan saudara sama-sama sibuk, atau stafnya juga yang segan sama dia..
BB : iya ya Bu, bisa jadi ya..

Saya lalu jadi ikut berpikir juga apakah saya tadi mengigau? sebetulnya saya menjumpai banyak fenomena semacam ini (baca : haus perhatian.red) dan ujung-ujungnya yang dijadikan pelarian adalah dunia maya, ya FB, twitter, BBM macam-macamlah. Sering saya menjumpai orang-orang yang memasang status yang kurang pantas, karena menurut saya itu 'jerohan' rumah tangga. Ada yang berupa curcol, hujatan bahkan amarah yang tidak tersalurkan pada tempatnya. Artinya tidak ada manfaat yang didapat dari memasang status-status semacam itu, uneg-uneg tidak tersampaikan dengan tepat sasaran, yang 'ditembak' bisa jadi malah cuek dan merasa tidak bermasalah, jadi ya wasting time and energy saja. Oh wait..bisa jadi tidak buang energi, karena untuk beberapa orang melampiaskan sesuatu itu adalah kebutuhan, maka ketika sudah dilakukan mereka akan merasa lega, karena yang dibutuhkan adalah pelampiasan, bukan saran atau tanggapan, apalagi solusi. Tetapi bukan tidak mungkin setelah amarah meluap membabi buta semacam itu, yang terjadi justru malah menyesal sudah overreacting

Lalu ada juga status-status atau mungkin foto-foto seperti dalam kasus Bos Besar saya itu, yang sifatnya 'pamer'. Mengapa saya beri tanda petik ? Karena mungkin si pemasang status tidak bermaksud pamer, hanya ingin 'berbagi informasi' dia sedang ada dimana, dengan siapa saja, untuk keperluan apa, berapa lama dan seterusnya. Dampaknya apa? orang-orang yang tidak ingin tahu informasi tersebut, jadi merasa terganggu, karena informasi tersebut dianggap tidak penting tetapi mereka 'dipaksa untuk tahu'. Dan kalau saya pribadi sih ya heran saja : kok ada ya orang bodoh yang mau mengkomodifikasi kehidupan pribadinya sendiri, kalau istilah saya menjadi wartawan infotainment untuk diri sendiri hahaha.. Belum lagi status yang mungkin bisa membahayakan diri dan keluarga (yang ini saya pernah membaca ulasannya di sebuah grup BBM), semacam : "sendirian di rumah, hii" atau "lagi liburan di xxx with luvly famz". Tidakkah terpikir oleh para pemasang status itu, bahwa status semaam itu bisa jadi 'undangan' buat para penjahat menggarong rumah mereka ketika sedang ditinggal berlibur atau justru menyatroni ybs ketika sedang sendirian di rumah?

Nah, jadi apa tadi manfaat memasang status 'sampah' seperti contoh diatas? Tidak ada? Baiklah. Saya bukan tidak pernah memasang foto liburan di FB, atau status 'sampah' tidak penting semacam itu, but I''ve learned, dan saya sudah bosan, kapok, malas. Apa pasal? sekitar dua minggu yang lalu saya bahkan menjadi korban kehausan perhatian seseorang yang kebetulan meluapkan dalam status FB dan BBM. Saya yang males nyetatus dan biasanya menikmati perubahan status rekans sambil lalu saja, atas nama 'patuh pada perintah' akhirnya rela-rela saja 'memantau' perkembangan 'status palsu' itu, update progress report plus interpretasi ngawur pribadi, aduuhh ribeett.. dan voilla!! jadinya : berantemm!! Hadehh.. tuh kan jadinya malah saya yang curhat ga jelas disini hehehe... Intinya, jika ada sesuatu yang perlu dikomunikasikan, komunikasikanlah secara efektif. Identifikasikan siapa targetnya, kenali karakter masing-masing target dan cari cara yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan si target. Tidak perlu mengumbar hal-hal yang tidak perlu diumbar kepada publik. Tidak bermanfaat ! Dan, belum tentu publik ingin tahu, kan Anda bukan artis toh? eh, tapi kalo Anda artis, ato (sok) ngartis ya silahkan saja :D