Pages

Wednesday, January 11, 2012

status = level kebutuhan akan perhatian?


Berawal dari pertanyaan Bos Besar saya, suatu ketika dalam perjalanan ke KanPus :
BB (bos besar, bukan bau badan yaa..) : Bu, kalo orang yang suka ngirim-ngirim gambar ke grup, tapi gambarnya isinya dia dan keluarganya terus, dalam berbagai kesempatan, itu artinya apa ya ?
S (stap a.k.a saiah): #membatalkan niat molor sepanjang perjalanan, eenngg apa ya Pak? caper kali ya Pak.. #jawaban spontan yang sangat asal
BB : iya lho, awalnya saya sih nggak perhatian, tapi lama-lama kok dia terus ya yang ngirim, dan gambarnya gambar diaaa semua dan keluarga, lama-lama kan jadi gimanaa yaa..
S : bosen juga ya Pak? ya leave grup ajah Pak #tarik napas panjang dan mulai sok analitis : ya mungkin pada dasarnya memang orangnya suka narsis, tapi bisa juga dia caper seperti yang saya bilang tadi, dan untuk orang-orang selevel Bapak atau bahkan lebih tinggi lagi, kehausan akan perhatian tadi implikasinya bisa jadi hal-hal tak terduga semacam itu. Makin tinggi status sosial atau jabatan seseorang, maka makin kecil kemungkinan ybs untuk bisa curhat dengan bebas. Yang mau dicurhatin tidak banyak, topik yang dicurhatkan pun jadi makin terbatas. Sebetulnya mungkin teman Bapak yang narsis tadi dia cuma ingin ditanya : itu lagi dimana, sedang acara apa, atau mungkin ingin dipuji atau apa.. yang gak dia dapet dari lingkungan terdekatnya, yang mungkin saja karena keluarga dan saudara sama-sama sibuk, atau stafnya juga yang segan sama dia..
BB : iya ya Bu, bisa jadi ya..

Saya lalu jadi ikut berpikir juga apakah saya tadi mengigau? sebetulnya saya menjumpai banyak fenomena semacam ini (baca : haus perhatian.red) dan ujung-ujungnya yang dijadikan pelarian adalah dunia maya, ya FB, twitter, BBM macam-macamlah. Sering saya menjumpai orang-orang yang memasang status yang kurang pantas, karena menurut saya itu 'jerohan' rumah tangga. Ada yang berupa curcol, hujatan bahkan amarah yang tidak tersalurkan pada tempatnya. Artinya tidak ada manfaat yang didapat dari memasang status-status semacam itu, uneg-uneg tidak tersampaikan dengan tepat sasaran, yang 'ditembak' bisa jadi malah cuek dan merasa tidak bermasalah, jadi ya wasting time and energy saja. Oh wait..bisa jadi tidak buang energi, karena untuk beberapa orang melampiaskan sesuatu itu adalah kebutuhan, maka ketika sudah dilakukan mereka akan merasa lega, karena yang dibutuhkan adalah pelampiasan, bukan saran atau tanggapan, apalagi solusi. Tetapi bukan tidak mungkin setelah amarah meluap membabi buta semacam itu, yang terjadi justru malah menyesal sudah overreacting

Lalu ada juga status-status atau mungkin foto-foto seperti dalam kasus Bos Besar saya itu, yang sifatnya 'pamer'. Mengapa saya beri tanda petik ? Karena mungkin si pemasang status tidak bermaksud pamer, hanya ingin 'berbagi informasi' dia sedang ada dimana, dengan siapa saja, untuk keperluan apa, berapa lama dan seterusnya. Dampaknya apa? orang-orang yang tidak ingin tahu informasi tersebut, jadi merasa terganggu, karena informasi tersebut dianggap tidak penting tetapi mereka 'dipaksa untuk tahu'. Dan kalau saya pribadi sih ya heran saja : kok ada ya orang bodoh yang mau mengkomodifikasi kehidupan pribadinya sendiri, kalau istilah saya menjadi wartawan infotainment untuk diri sendiri hahaha.. Belum lagi status yang mungkin bisa membahayakan diri dan keluarga (yang ini saya pernah membaca ulasannya di sebuah grup BBM), semacam : "sendirian di rumah, hii" atau "lagi liburan di xxx with luvly famz". Tidakkah terpikir oleh para pemasang status itu, bahwa status semaam itu bisa jadi 'undangan' buat para penjahat menggarong rumah mereka ketika sedang ditinggal berlibur atau justru menyatroni ybs ketika sedang sendirian di rumah?

Nah, jadi apa tadi manfaat memasang status 'sampah' seperti contoh diatas? Tidak ada? Baiklah. Saya bukan tidak pernah memasang foto liburan di FB, atau status 'sampah' tidak penting semacam itu, but I''ve learned, dan saya sudah bosan, kapok, malas. Apa pasal? sekitar dua minggu yang lalu saya bahkan menjadi korban kehausan perhatian seseorang yang kebetulan meluapkan dalam status FB dan BBM. Saya yang males nyetatus dan biasanya menikmati perubahan status rekans sambil lalu saja, atas nama 'patuh pada perintah' akhirnya rela-rela saja 'memantau' perkembangan 'status palsu' itu, update progress report plus interpretasi ngawur pribadi, aduuhh ribeett.. dan voilla!! jadinya : berantemm!! Hadehh.. tuh kan jadinya malah saya yang curhat ga jelas disini hehehe... Intinya, jika ada sesuatu yang perlu dikomunikasikan, komunikasikanlah secara efektif. Identifikasikan siapa targetnya, kenali karakter masing-masing target dan cari cara yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan si target. Tidak perlu mengumbar hal-hal yang tidak perlu diumbar kepada publik. Tidak bermanfaat ! Dan, belum tentu publik ingin tahu, kan Anda bukan artis toh? eh, tapi kalo Anda artis, ato (sok) ngartis ya silahkan saja :D

5 comments:

dian said...

makin lama kau makin mendalami ilmu jiwa mak.... ;;)

Rona Nauli said...

emak ini sejujurhnyah darih duluh emangh sudah ahlih ilmuh jiwah, Yan...#kenapah jadih berakhirnh hurufh h ya? :D

ah ya, mak...kita ingat saja ini: dewasa itu pilihan...beruntunglah yang waspada hehehe

btw, aku currious ttg status palsuh ituhhh...ntar cerita2 yak. janji, ga dipublish hehehe

May said...

@Bu Ayak : 'dipaksa' (sok) tau Bu :p
@Neng cantik : iya betul, kalopun memilih tidak dewasa,setidaknya imbangi dengan waspada :D, status palusu? laporan lengkap malam ini ya, insyaAllah :)

lely_gesta said...

Aku mau ikutan dengar laporannya jugaaaaaa.....#kangen....:(

May said...

hayuukkk :D