Pages

Monday, October 03, 2011

rumput tetangga yang (biasanya tampak) lebih hijau..

"How I miss my former Boss" adalah status sahabat saya beberapa waktu yang lalu. Ketika berjumpa dia pun, syndrom 'merindukan Bos lama' itu masih belum juga hilang. Dia bercerita betapa, meskipun mereka sering 'berantem', dan bosnya termasuk orang yang 'pahit lidah', tapi dia, sahabat saya itu, merinduinya, sangat. Usut punya usut, ternyata hal-hal 'negatif' diatas masih kalah sama hal-hal positif yang dimiliki Si Bos, yang ternyata sangat teliti, mau 'melindungi' dan memperjuangkan anak buahnya dan bisa mengarahkan serta menjadi suri tauladan yang baik bagi semesta kecil mereka. Secara naluriah kita sebagai manusia pastilah membanding-bandingkan, mau harga susu, mau model baju, lingkungan dan orang-orang baru pun pasti tak luput dari proses membanding-bandingkan ini, mau dihindari kok ya susah. Nah, sepeninggal Si Bos lama pasti kan ada penggantinya nih, yang berarti ada obyek pembanding, maka proses membanding-bandingkan tadi pun dimulai.

Selepas senam pagi tadi, seorang junior, rekan sesama anggota Tim 'Kerja Rodi' dulu mengeluhkan hal yang sama, "Yang dulu kita bilang parah, sekarang nampak sangat 'lumayan'. Dulu meskipun segala terserah kita tapi kerjaan lancar, kita pun nyaman kerjanya. Nah sekarang, segala keputusan kita ga dilibatkan, kita kerja salah dikit sudah main sindir aja ngritiknya, ga nyaman blas, Mbak". Padahal dulu dia dan saya pernah juga saling berkeluh kesah tentang tabiat Ketua Tim Kerja Rodi ini. Another comparation..

Ada juga rekan yang sedang dalam masa transisi, akan pindah tugas ke Unit lain. Dia bercerita bahwa lingkungan dia yang lama, pada era kepemimpinan yang sebelumnya, memang tidak kondusif untuk bekerja dengan nyaman, tapi dia merasa mendapat banyak pelajaran dari sana. Dari tugas-tugas manajerial yang seharusnya bukan bebannya tapi (awalnya) secara terpaksa dia kerjakan, sampai rekan kerja ngeselin yang mendominasi, it makes me strong, she said.

Beberapa rekan kerja yang lain juga sempat berkesah pada saya tentang kepemimpinan Bos yang sekarang, membandingkan Bos yang dulu (yang juga pernah mereka keluhkan, untuk hal-hal yang lain). Saya? Kepada Bos Besar tentu saja tidak berpikir untk menyampaikan keluh kesah ini, karena saya percaya Bos Besar saya yang ini punya mekanisme sendiri untuk mendapatkan feedback dari mana saja yang dia inginkan. Kepada rekan yang berkeluh kesah, saya sampaikan kemungkinan perbedaan karakter yang membuat perbedaan gaya kepemimpinan, jadi ya nikmati saja, ambil pelajaran darinya (and as a reminder I speak to myself also :p). Saya pernah dipandang dekat dengan salah satu mantan Bos Besar. Tak banyak yang tahu saya pun pernah dikecewakan olehnya, yang waktu itu saya anggap plinplan dalam mengambil keputusan, yang kebetulan melibatkan saya. Saya pernah juga 'mengemban tugas' yang sebetulnya bisa dibagi-bagi tapi ujungnya hanya terkonsentrasi ke saya, tanpa kompensasi (mataduitan banget sih :D). Saya coba mengambil sisi positif dari situasi saya, saya menganggap tugas yang diberikan ke saya itu sebagai 'praktek pelatihan gratis' kepemimpinan, nothing to lose saja. Berada di posisi saya sekarang, dan melihat ke belakang, saya sadar apa yang saya alami, kekecewaan yang pernah saya rasakan pada mantan Bos Besar sedikit banyak berkontribusi pada cara saya menghadapi situasi sekarang.

Tak peduli berada pada situasi seperti apa kita saat ini, bagaimana atasan kita memperlakukan kita. Selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil. Hidup ini keseluruhan adalah proses belajar tiada akhir, maka siapapun yang memberi pelajaran, jenis pelajaran seperti apa yang diberikan, tetap berusaha untuk menyerap sebanyak-banyak dan lulus dalam ujianNya :)

gambar diambil dari sini