Pages

Monday, August 15, 2011

surat cinta..

Saya mendapat surat cinta. Literally. Surat cintanya ditulis dengan pensil yang ujungnya 'bunjel' di sticky note warna pink berbentuk hati yang saya kenali sebagai pemberian saya ke si sulung, Sheby. Kejadiannya sudah minggu lalu sih. Beberapa kali saya menerima telpon dari rumah mengabarkan si bungsu, Zulmi, rewel pengin membetalkan puasa, haus katanya. Dibujuk-bujuk akhirnya sambil menangis dia mau terus melanjutkan puasa. Tapi lalu HP saya berdering lagi, kali ini dia menolak mengaji, dengan alasan malu sehabis menangis matanya bengkak, nanti diejek teman-teman katanya.

Jadilah dia tidak mengaji sore itu. Ini entah sudah yang keberapa kali dia bolos mengaji dengan berbagai alasan, usut punya usut ternyata hari-hari dia membolos adalah hari dimana sang kakak les bahasa inggris, sehingga jadi agak terlambat datang ke TPQnya. Beberapa kali pula dia berjanji tidak akan membolos lagi walaupun kakaknya terlambat karena harus les dulu. Dan saya memegang janjinya. Hari ketika dia membolos untuk kesekian kalinya, saya cuekin dia, tidak ada peluk cium ketika saya baru pulang dari kantor, berpura-pura tidak mendengar ketika dia bercerita, pokoknya serasa dia tidak ada. Dan dia menangis lagi, saya jadi tidak tega. Saya pegang janjinya sekali lagi.

Dan tebak apa yang saya dapat keesokan sorenya sepulang kantor, ya.. surat cinta itu ! Dengan riang gembira dia menjawab salam sambil menyembunyikan kedua tangan di balik punggung, "ada kejutan buat mama.."
"mana..mana.."
"tarara...", sambil mengulurkan surat cintanya
"terima kasih ya dek, alhamdulillah mama seneng banget adek rajin ngaji.."

serasa meleleh mama bacanya Zul, maafkan mama ya Nak, mama cuma ingin Zulmi jadi anak sholeh dan rajin mengaji.. :)

Gambar diambil dari sini

Thursday, August 11, 2011

Don't Sweat For The Small Stuffs..

Tidak semua orang menyukai detil, dan menaruh perhatian pada hal-hal kecil. Saya, termasuk salah satunya. Tapi entah mengapa, atasan saya pernah berkata, "Yang begitu sih biasa Bu, ga usah terlalu dipikirin..". Bahkan sampai beberapa kali, untuk beberapa hal yang berbeda. Lalu saya jadi berpikir, apa iya saya kelihatan begitu serius memikirkan hal-hal yang dimaksud. Kecenderungan saya untuk strict to the rule mungkin membuat saya tampak perfectionist dan banyak pertimbangan, tapi apa iya? Jangan-jangan saya sudah mulai bertransfomasi karena terprovokasi *haiyaahh bahasanyaa..* oleh lingkungan sekitar. Well, let see..

Tidak jarang memang, saya mendapat informasi yang sebetulnya saya tidak ingin tahu, yang kalau info ini sampai kepada pihak lain, bisa jadi fitnah. Dan saya sih masa bodoh dengan hal-hal semacam itu. Paling-paling mengobrolkannya secara ringan dengan suami.

Pernah juga saya seruangan dengan seseorang yang hobinya mengomentari segala, segala disini dalam arti s - e - g - a - l - a, termasuk yang remeh temeh. Ya saya males aja, menimpali kalo memang ditanya, itu pun seperlunya. Saya masih punya satu negara buat diurusin, ciyee..belaguu..

Namanya juga ibu-ibu setiap ngumpul ya ada saja yang diperbincangkan. Baik ibu-ibu tetangga, ibu-ibu saudara, ibu-ibu wali murid, dan banyak lagi yang lainnya..nah kadang perbincangan ini berujung pada, misalnya, "eh, si X sudah pake BB lho, kmaren aku sudah diinvite, kamu udah blon? " "Blon tuh" "Iya kah? kok belum ya?" " Tauk deh, ga butuh kali, ben wae lah, aku juga blon butuh kok" hehehe.. yah sudah bisa ditebak kan, kalimat terakhir itu dialog siapa.

Terakhir, saya ditelpon tetangga yang mengadukan bahwa anaknya dipukul oleh si bungsu saya. Padahal saya tanya anaknya sih katanya enggak, dan tidak ada saksi pula. Ya saya bilang saja pada si Emak tetangga nan cerewet ini, kalo anaknya bilang anak saya yang salah ya so sorry, tapi anak saya bilangnya enggak tuh. Eh rupanya dia curhat mencak mencak ke tetangga yang lain tentang kesantaian saya menghadapi masalah itu. Lah, saya bingung, anak-anak berantem bukannya biasa ya, kalo kita berantem juga kan malu, kalo besoknya mereka sudah main bareng lagi. Oia, si Emak tetangga nan cerewet ini pernah juga sewot gara-gara tetangga yang lain pada kompak ngejodoh-jodohin putriku tercinta dan anak sulungnya, padahal waktu itu para krucil masih TK. Dia bilang, "Wah.. ya jangan..ntar aku dimarahin sama anakku dong kalo ga sesuai seleranya" Hadeehhh, capee deh, memangnya anak saya pasti mau gitu sama anaknya situ, lagian juga masih pada precil, please deh, jangan lebay.. kalimat terakhir saya simpan dalam hati tentu saja :D

Nah, kalau dilihat dari 'uraian' diatas, sepertinya saya memang cenderung cuek bukan? No wonder badan jadi subur makmur begini, meskipun sedang ber-long distance marriage dengan suami. Jadi, balik ke kasus komentar atasan saya tadi, ya saya simpulkan saja bahwa atasan saya itu belum terlalu mengenal saya, sehingga kalaupun persepsinya terhadap saya kurang begitu tepat, ya biar saja, do not sweat for the small stuffs, ben wae lah, ya toh? ;)

Gambar diambil dari sini

Monday, August 01, 2011

Marhaban ya Ramadhan..

Alhamdulillahirabbilalamiin.. tahun ini masih dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Semalam, kami sekeluarga menjalani tarawih pertama, bersama-sama kami berangkat dari rumah menuju ke mushola kompleks. Seperti Ramadhan sebelumnya, masih banyak anak-anak kecil berlarian kesana kemari dengan diselingi celotehan dan kadang teriakan. Ributnya sih sama, bedanya, anak-anak itu tahun lalu lebih kecil, dan tahun ini ada anak-anak kecil ‘pendatang baru’, anak tetangga baru, anak baru tetangga ato cucu baru dari tetangga yang sudah sepuh. Sambil menunggu shalat tarawih, tetangga sebelah berbisik padaku, “Gak terasa ya Te, anak-anak sudah pada besar”, saya tersenyum dan mengiyakan dalam hati.

Ketika saya melihat jadwal imam dan kultum tarawih tahun ini, saya dapati nama suami tidak ada. Hanya ada sekitar 5 nama bapak-bapak kompleks yang diberi amanah memberikan kultum plus satu orang ustadz yang biasa mengisi pengajian di kompleks kami. Saya baru sadar, ternyata para suami di kompleks kami banyak yang menjadi S3 (saban-sabtu-setor), artinya ditugaskan di luar kota dan hanya pulang minimal saat weekend saja, termasuk suami saya. Teringat Ramadhan lalu, setiap hari kami pergi dan pulang tarawih bersama, sempet ‘nyombong’ juga saat seorang tetangga yang saat itu sedang menjalai long distance marriage berkata, “duh enaknya ya Tante, ditungguin suami, seneng banget..” and guess what? Tahun ini keadaan berbalik, suaminya dipindahtugaskan kembali ke kota kami dan sayalah yang ada di posisi dia tahun lalu. Betapa banyak hal bisa berubah dalam setahun..

Teringat Ramadhan tahun lalu, dua kali saya mendapat telepon dari Papa yang mengabarkan Mama sakit, sehingga saya tergopoh-gopoh datang untuk memastikan mereka baik-baik saja. Menemani Mama tarawih di rumah dan mengobrol sebentar, ternyata kadar gulanya drop. Padahal tahun tahun sebelumnya Mama masih energik melayani pesanan kue kering dan cake untuk Lebaran. Ramadhan tahun lalu, beberapa saudara dan tetangga masih shalat tarawih bersama, sekarang mereka telah lebih dahulu menghadapNya. Betapa segala sesuatu milik Allah semata..

Seringkali saya abai akan nikmat dan karuniaNya. Kesehatan, waktu luang, kebersamaan dengan orang-orang tercinta, baru terasa keberadaannya saat sudah tak saya miliki lagi. Kita tak pernah tahu akan seperti apa Ramadhan kita tahun depan, karenanya saya berusaha untuk semakin menghargai apa yang dititipkan Allah pada saya sekarang. Berdamai dengan waktu dan menyesap kebersamaan dengan orang-orang terkasih.

Duhai Sang Maha Membolak-balikkan Hati, berilah ketetapan hati bagi kami untuk tidak melangkah selain dijalanMu...