Pages

Thursday, July 28, 2011

membayar janji..

Jadi begini, adalah saya dan si Tante yang berkarib, lalu datanglah si krucil dan voilla..!! jadilah kami the three musketeers, di Unit kami tentu saja. Sedihnya kebersamaan kami tak terlalu lama, si Tante harus mengemban tugas negara, menunaikannya di tempat baru. Jadilah kami, kalau meminjam istilah Tante, "jauh di mata dekat di hati" karena tetap keep in touch lewat layar maya dan tentunya curi curi waktu ketemu saat dinas luar ke kota masing-masing. Alkisah si tante ketiban sampur jadi among tamu di perhelatan Agung Rima, karena salon idaman sudah fully booked, jadilah saya dan si krucil jadi perias dadakan. Perhelatan itu sudah dimulai sehari sebelumnya sih..kami berpesta kecil di Coccari, resto Japanese Food all you can eat yang halal di Surabaya *kokjadipomosi* Misi utama posting kali ini adalah 'melunasi janji' pada cintaku, here're the pics dear..










the three musketeer 'penyapu ranjau'. kita sengaja minta mas waitress ngulang ngambil foto dengan penekanan pada objek orang-orangnya saja : inget mas, orangnya saja, makanannya tidak perlu :D











ini dia pose si Tante, pas baru saja selesai 'dikerjain', agak-agak jaim gimanna.. gitu, sepertinya berusaha menyesuaikan dengan kostum, saya rasa :p














pose dia lagi salting, melihat para fansnya takjub di perhelatan. mungkin ga siap pulpen kalo dimintai tanda tangan, makanya wajahnya panik :D














pose dia bersama si perias 1 yang cantik jelita *ok,silahkanmuntah:D*, keliatan ya.. si tante sudah mulai 'menguasai keadaan'













pose si tante bersama si perias 2 yang juga cantik manis, ketika sudah makin 'menguasai keadaan' dan menjadi 'special guest star' hari itu











daannn... sebagai penutup, last but not least.. pose si tante ketika telah benar-benar menguasai keadaan, termasuk keadaan perutnya, yang tentu saja lapar setelah dia pose sana sini, tebar pesona sana sini, meladeni permintaan foto dan tanda tangan para fans, ok yang terakhir saya mulai lebay :D

Well, this is it..Neng Cantik ala Maya dan Lely *diucapkan dengan gaya Farah Quin ya*
Cintah, lunas sudah hutangku memajang foto-foto ya.. *still missing you terribly much*

Gambar : koleksi pribadi, dilarang nyomot ya :)

Saturday, July 23, 2011

Putri Sheby dan Pangeran Zulmi


Sore itu, ditengah antrian lampu merah yang ‘ular-ularan’, iseng, saya memeriksa HP yang ada di dalam ransel. Hati saya sudah degdegan begitu melihat ada 5 missedcall, 3 dari rumah, 2 dari HP si mbak asisten saya ditambah 1 sms pula darinya, “Bu, Dik Jum-panggilan sayangnya untuk si bungsu saya-jatuh sampe giginya lepas. Deg!! Rasanya ingin segera meninggalkan mobil di tengah antrian, dan langsung menyeberang jalan, ambil ‘jalan tikus’ dan berada disamping jagoan kecil saya. Setelah melewati 3 kali 99 detik yang panjang dan harus memutar sedikit ke arah Surabaya agar tidak perlu ‘menikmati’ sekali lagi satu putaran lampu merah dari arah depan komplek, sampailah saya di rumah..tetangga, yang proses bertegur sapa musti disambung dengan cerita darinya. Awalnya saya sudah ingin buru-buru kabur mengingat waktu yang terbuang di jalan tadi, tetapi si tetangga sebelah menceritakan betapa Sheby, si sulung saya, 5 menit yang lalu, berjongkok setengah melamun di pertigaan depan rumah kami. Ketika si tetangga bertanya, “Mbak, ngapain?” Sheby hanya menjawab pelan, “nunggu mama..” Dengan bujukan tetangga sebelah tadi akhirnya Sheby mau pulang dan menunggu saya di rumah. Perasaan saya makin tak keruan.

Dari luar sudah terdengar tangisan kesakitan si jagoan kecil dan suara sang kakak yang sedang menghiburnya. Salam saya sore itu, dijawab dengan tangisan yang makin keras, dan akhrnya saya dapati seisi rumah, si jagoan kecil dikerubungi kakak dan mbak-mbaknya yang sibuk membersihkan luka, mengompres es batu dan mengoleskan betadine. Wajah ‘si korban’ belum kelihatan waktu itu, begitu rombongan kecil itu menyibak, tampaklah mata sembab bekas menangis, bibir atas dan bawah yang bengkak dan penuh luka, gigi yang tanggal dan lengan serta jari jari yang luka luka sporadic. “Astaghfirullah.. kok bisa gini gimana Dek?” Jawabannya tangisan yang semakin kencang, si kakaklah yang bercerita kronologi kecelakaan yang ternyata melibatkan Osa, anak tetangga teman sepermainan mereka. Si kakak bilang, adiknya jatuh dari sepeda setelah dipukul pantatnya oleh Osa memakai kayu. Sambil panic saya gendong si adik ke tetangga depan rumah yang juga dokter untuk diperiksa luka-lukanya, saya berdoa dalam hati semoga tidak ada yang perlu dijahit atau semacamnya..

Saya sedikit lega ketika ternyata hanya disarankan Bu Dokter untuk membersihkan luka, mengoleskan betadine dan salep untuk bibir serta memberikan obat anti nyeri untuk Zulmi. Sesampai di rumah dan melaksanakan perintah Bu Dokter, saya memeluk Sheby sambil berterima kasih sudah membantu saya menjaga adiknya. Sheby bercerita, 3 missed call dari telpon tumah itu dari dia, dia yang membantu membawa sepeda si adik pulan dan dia bertanya kenapa saya lama sekali datangnya? Saya teringat cerita tetangga sebelah tadi, betapa dia berusaha membuat saya cepat pulang, bahkan dia rela menunggu saya di pertigaan karena menurutnya itu membuat saya jadi cepat pulang. Subhanallah.. anak sekecil itu sudah belajar begitu rupa bertanggung jawab menjaga adiknya, saya terharu. ‘Si korban’ yang merasa dicuekin mulai mencari perhatian dan bertanya, “Mama..tadi gigiku ketelen nggak ya?” Nah lho..

Si kakak yang menjawab, “Iya paling Dik, soalnya tadi takcari di deket tempatmu jatuh nggak ada tuh.. paling ketelen sama kamu”

“Berarti sebentar lagi tumbuh pohon gigi ya di kepalaku, Mbak..” sahut si adik sambil nyengir dengan ‘jendela baru’ di deretan gigi kelincinya.

Malamnya, si Bapak menelepon dengan santai mengabarkan dia sedang dalam perjalanan pulang, menjalani ritual mudik mingguannya. Dalam hatiku berkata, pasti belum buka foto yang kukirimkan beberapa saat lalu. Benar saja, sepuluh menit kemudian HPku berdering lagi, kali ini nada panik dari si Bapak (loudspeaker mode : on), " Gimana Zulmi kok bisa sampe gitu?, aku ngebut nih pulangnya..". Tahu tidak jawaban anak-anakku ketika mendengar hal ini?

Si Kakak : Adik sudah nggak papa kok Pak, nggak usah ngebut ya..

Si Adik : Bapaakk..nggak usah ngebut jalannya, pelan-pelan aja, aku nggak papa kok, ati-ati yaa..

Ah, anak-anakku hari ini aku belajar satu lagi cerita tentang tanggung jawab, kemandirian dan kasih sayang dari kalian

Gambar diambil dari sini

Tuesday, July 19, 2011

the lessons (I've) learned..


setelah lama *denganbanyakhuruf'a'* tidak menulis, kali ini saya coba buka dan baca-baca lagi blog ini, dan saya jadi ingin menulis meski tak punya ide mau menulis apa. Banyak yang terjadi selama setahun terakhir, kepindahan suami ke luar kota, kepindahan saya ke unit dan bidang lain, yang meskipun lokasinya masih sama tetapi ragam tugas dan kuantitasnya berbeda, anak-anak yang makin besar dan makin menuntut perhatian dari emaknya. Well. I'm a single mother on the weekdays, and full time house wife on the weekend. Semua itu sepertinya cukup jadi alasan buat 'lalai menengok' blog ini ya :) ok, enough excusing..

Beberapa hal menarik yang saya dapat dari pengalaman baru diatas. Pertama adalah kesempatan mengenal berbagai karakter orang. Saya yang defaultnya cuek dan (agak) susah berempati ini harus berusaha banyak mendengar, melihat dari berbagai sudut pandang, bahkan dari sudut pandang yang 'agak mustahil' sekalipun. Untungnya jaman muda dulu sering jadi tempat curhat (baca : tempat sampah cantik) teman teman dekat, dan sebagai anak sulung sering pula jadi tempat curhat ortu. Sehingga sedikit banyak saya tahu bagaimana menanggapi 'curhata-curhatan' itu. Ada beberapa yang memang ingin diberikan solusi, tapi banyak pula yang cuma ingin didengarkan. Nah, kesabaran mendengarkan, menanggapi dan merespon sesuai situasi dan kebutuhan si pencurhat ini yang menentukan besok-besoknya dia curhat lagi ga ke kita, atau ketika masalahnya selesai dia 'lapor' gak ke kita. Alhamdulillah pada beberapa kasus, ketika si permasalahan membaik si pencurhat kembali 'melapor' dan yang paling penting si pencurhat bisa kembali berkontribusi positif. Lesson learned lagi : tidak ada yang sia-sia selama kita berusaha melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dan ikhlas.. Saya kemudian jadi tertarik mengamati respon orang terhadap segala sesuatu, dari situ saya tahu karakter orang-orang di sekeliling saya, sehingga memudahkan saya berstrategi jika ingin tujuan saya tercapai :D

Kedua, menjalani long distance marriage, tidak hanya membuthkan kemandirian lahir dan batin seperti yang sebelumnya saya kira. Tapi membutuhkan juga kesabaran, dan lagi lagi, keikhlasan.. Tampak luar saya mungkin adalah ibu dan istri yang mandiri, mengurus segala keperluan anak-anak dari mulai mengantar, menemani belajar, membayar tagihan semuanya sendiri. Tentu saja dengan dibantu asisten dan segala fasilitas serta kemudahan yang ada, tugas saya sangat terbantu. Tetapi tetap ada ruang kosong, dimana saya membutuhkan kehadiran partner, yang walaupun kadang-kadang abstain atau no comment, ketidakhadirannya tetap berbuah rindu. Terasa sekali ketika anak-anak sudah terlelap, seringnya benak saya mereview kegiatan hari ini, betapa banyak waktu yang mereka lewati tanpa saya, betapa si 'Anu' tadi begitu menyebalkan di kantor, dan banyak lagi cerita yang ingin saya bagi akhirnya bermuara padaNya, mengadu pada sebaik-baik tempat mengadu.. Kalau boleh memilih, saya memilih untuk 'going where the wind blows' asal tetap berkumpul dengan suami dan anak-anak. Tetapi ada keinginan lain yang harus saya hormati, yang konsekuensinya harus saya jalani dengan ikhlas..Lesson learned : kadang-kadang kita harus kehilangan untuk menyadari betapa berharganya yang kita miliki. Pada kasus saya yang berharga tetapi 'sedang' hilang adalah kebersamaan. Dulu, mau makan siang bareng suami setiap hari juga hayuukk saja. Mau antar jemput anak sekolah, anter anak ke dokter, pergi ke dokter, kemana mana *denganbanyakhuruf'a'* selalu berdua, atu kalo mau berdua sih gampang saja, tetapi sekarang momen berdua jadi hal yang langka, dan karenanya, priceless..

Tadi saya bilang beberapa ya, kok ternyata baru ketemu dua, berarti ya baru dua itu saja yang jadi pelajaran utama buat saya. All in all, buat saya, cara terbaik menerima suatu keadaan atau seseorang adalah berdamai dan berusaha menikmatinya..

gambar diambil dari www.google.co.id