Pengemis tua, salesman dan suamiku..

Perempatan Segoromadu, tiap hari setidaknya dua kali aku lewati, berangkat dan pulang kantor. Tidak ada yang istimewa dari perempatan itu, seperti perempatan umumnya, begitu lampu merah menyala pedagang asongan, pengamen, tukang koran dan tukang bersih2 kaca segera beraksi, herannya disana tak ada pengemis !! Setidaknya sampai dua minggu yang lalu, ketika kudapati wajah tua yang tampak familiar itu kepanasan dengan topi butut yang tak mampu menahan sengatan matahari dan tas kempit yang tak kalah butut, kucari cari recehanku..waduh abis..sudah jadi rejeki pengamen dan mas pembersih kaca tadi, segera kugoyangkan tangan tanda minta maap karena ga ada uang receh, mo ngambil di dompet dah keburu ijo, eh si ibu pengemis tetep keukeuh berdiri di samping mobilku..walah..maap Bu, sambil kujalanin mobil pelan-pelan karena kendaraan di belakangku sudah mulai protes dengan klakson2 aneka suara nya, takut keburu merah lagi lampunya. Sekilas kudenger si ibu pengemis ngomel panjangpendek "pancen medhit, mosok numpak mobil gak duwe duit..bla..bla..bla.." Aku jadi rada dongkol dengernya, keesokan harinya dari kantor sudah kusiapkan duit recehan banyak, buat pengamen, mas pembersih kaca dan tak lupa ibu pengemis yang kemaren ngomel. Bener aja dari jauh begitu kuliaht si ibu menampakkan sosoknya, kubuka jendela dan kuacungkan recehanku si ibu dengan trengginas menghampiriku mengucap terima kasih dan melantunkan sebait doa mudah rezeki, panjang umur dst yang serta merta kuamini, astaghfirullah aku memberinya uang semata supaya dia nggak ngomeli aku lagi.. falam hati terbersit pertanyaan dia inget gak ya sama orang2 yang ruin lewat sini..

Sepulang suamiku dari luar kota, aku kembali ke tahta penumpang di samping pak kusir yang giat bekerja hehehe, di perempatan itu sosok ibu pengemis kembali tampak, kuceritakan padanya peristiwa beberapa hari lalu, dia cuman senyum trus buka kaca mobil, manggil si ibu pengemis lha?ngapain ini? "Bu, dongakne ndang mungah kaji ya.." katanya sambil mengangsurkan duit receh, si ibu melantunkan sebaris doa semoga cepet naik haji yang diamini suamiku, "sepuntene namung satus" " namung seket kok nak, ning mboten nopo-nopo" huahaha kami berdia ngakak, salah ambil receh, "sepuntene bu, niki kalih atus nek ngoten, suwun pun didongakne..". Dan hari - hari selanjutnya setiap ketemu si ibu, suamiku selalu ngajak ngobrol, " taksih emut kulo Bu " si ibu bingung.. " nyoh nek lali satus ae.." dan besoknya dan besoknya lagi setiap lewat situ mereka bertegur sapa. Suamiku suka ganti-ganti rute pulang kantor, biar ga bosen katanya.. jadi pertemuan dengan ibu pengemis tak berlangsung tiap hari walaupun tetap lumayan sering. "Iseng banget sih mas.." tanyaku " Dari sekian banyak kendaraan yang lewat sini berapa banyak sih yang mau ngajak ibu itu ngobrol" jawabnya enteng..

Siang itu, sesampai di rumah pas istirahat siang, seorang salesman yang keliatannya masih kecil dengan tas cangklong superbesar menyeruak ke arah kami seolah takut kami buru2 masuk dan membuatnya kehilangan kesempatan menawarkan dagangannya. Aku langsung nyelonong masuk menyambut teriakan Shaby yang gegap gempita, suamiku dengan ramahnya mempersilahkan mas salesman masuk, mendengar dengan telaten produk2 yang ditawarkan, alat pemijat, sendal kesehatan sampai kapur barus ! Ngajak ngobrol kesana kemari dan puncaknya nyuruh bikinin es sirup begitu tau si mas sales ga puasa. Si mas sales pergi dengan senyum merekah cerah karena dua produknya laku dibeli suamiku. "Kasihan panas-panas gini, belum tentu sekomplek ini ada yg beli selain kita.." katanya sebelum aku sempat bertanya. Aku bengong, begitu banyak yang tak terduga dari dia.. ya Allah, terima kasih telah memberikannya sebagai pelajaran dan pengingat buatku..