Pages

Monday, May 02, 2005

tentang berbagi dan menikmati hidup...

Rutinitas keseharian sering membuat kita menjadi 'tawar', segala sesuatu jadi terasa seperti terprogram, 'sudah seharusnya', segalanya diukur dengan materi, semuanya serba tergesa karena, sama dengan uang, waktu jadi begitu berharga (bahkan untuk orang2 terkasih sekalipun..) Dan aku tak pernah menduga akan mendapat pelajaran yang begitu berharga, tentang pertemanan, tentang makna berbagi dan menikmati hidup, justru dari orang yang baru saja ku kenal.
Hanasaki san, begitu suamiku memanggilnya, engineer sebuah perusahaan jepang di surabaya, usianya sekitar 50 tahunan dengan postur tinggibesar dan sorot mata yang smart membuat sisa2 ketampanan masa lalunya masih jelas terlihat. Pekerjaan mengharuskan mereka berdua sering bertemu dan mendiskusikan masalah2 teknik,tentang mesin2 pembangkit dan tetekbengeknya, tapi selebihnya mereka berteman. Dan arti pertemanan mereka baru terasa olehku ketika selama 2 minggu penuh suamiku tergolek di rumah sakit. Hanasaki san, setidaknya datang dua kali sehari sambil menanyakan kebutuhan kami dan membawakan iniitu meskipun kami tak meminta, dari mulai tikar lipat sampai teri nasi masak wijen bikinan sendiri yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan sakit suamiku, dan dia bilang, "ini bukan dari perusahaan, ini dari saya, kami teman" katanya sambil melirik suamiku.
Pernah suatu ketika kami berkunjung ke hotel tempatnya menginap, suasana jepang yang kental langsung menyapa begitu kami memasuki ruangan, lukisan2 jepang dalam berbagai ukuran dipasang di dinding, "itu saya sendiri buat,mana mau ambil saja". Belum habis kami terpesona pada lukisannya dia melesat masuk dan keluar lagi dengan beberapa cangkir ice coffe dan sepiring biskuit cokelat. Anakku langsung tertarik dengan segerombol monyet2an kecil berwajah merah dari kain perca yang dipajang di bawah lampu baca. Segeralah kami berdua terlibat perebutan seru monyet2an kecil itu, alhasil salah satu monyet malang itu putus ekornya, "Maaf Hanasaki san, ekonya putus" kataku. "Biar saja, tidak apa2, cukup di lem, mana mau ambil saja, ibu saya sendiri buat, orang datang mana suka ambil saja" tahulah saya darimana dia mendapat pelajaran berbagi, dari ibunya ! Dan dia bercerita bagaimana ibunya selalu bertanya pada setiap tamu yang datang ke rumahnya "sudah makankah?" dan apapun jawabannya selalu berakhir di meja makan, makan bersama. Dia juga bercerita tadi pagi dia pergi ke panti asuhan, dia memang suka mengumpulkan kemasan2 plastik, koran bekas, baju bekas..apa saja yang bekas dia kumpulkan dan dia sendiri yang memberikan ke para pemulung di kolong jembatan, anak2 di panti asuhan..katanya kebahagiaan mereka yang menerima adalah kebahagiannyanya juga. Hidup ini singkat, mungkin berakhir di hitungan 60 tahun, dan inilah caranya menikmati hidup.
Sepulang dari kediaman Hanasaki san, satu hal yang melekat di benak ku adalah bagaimana seorang ibu mampu menanamkan kemampuan menikmati hidup melalui kesediaan untuk berbagi dengan sesama.. aku belajar bahwa untuk dapat menanamkan kesediaan untuk berbagi, kita harus terlebih dahulu merasakan kenikmatannya...mudah2an aku bisa,amiin..

0 comments: