Pages

Tuesday, September 05, 2006

Fragmen

Aku lebih suka menjadi penonton dalam pagelaran kali ini. Tapi pilihan itu tak ditawarkan. Aku bahkan tidak ingat apakah pernah ditawarkan, bahkan, apakah itu sebuah pilihan ? Sepertinya tidak, setidaknya buatku. Pun ketika tarian itu kehilangan makna, aku serupa susu bubuk full cream yang tak mau melarut membentuk suspensi jika diaduk dengan air dingin, menggigil lalu menggumpal. Pun ketika mata air itu muncul dengan sertamerta, hanya kali ini tak ada butiran air kran yang bisa diajak berasimilasi, lalu jadi tak kasat mata. Senyata itu. Dan dia tak hendak berjeda, bahkan sekedar untuk bertanya.
Dan pengembaraan semalam berlanjutlah. Ke masa dimana kemampuan tak seberapa itu sepertinya pernah ada, memaknai. Mengais, membongkar, mengulik, apa saja... tapi sepertinya sia-sia. Mungkin memang tak pernah aku memilikinya, atau pemahamanku akan memiliki sesungguhnya hanya kunjungan singkat numpang lewat darinya, manusia kecil yang bisa kuajak berbincang apa saja. Bermain tebak kata bahkan berahasia. Dengan bahasa yang hanya kami yang paham, kini baru dapat kumaknai apa itu kesepian. Dan ketika mata air itu muncul lagi, butiran beningnya sengaja berasimilasi bukan sebagai penanda kuatnya diri. Karena pada akhirnya memang hanya Dia tempat berlabuh seluruh rasa, muara segala asa.

0 comments: