Pages

Thursday, March 03, 2005

Alex dan Robert

Sebelum mulai, izinkan aku menyampaikan pesan yang biasa mengawali buku2 non fiksi, tidak sama persis, tapi miriplah : "Semua nama dan karakter dalam cerita ini benar adanya, bila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian sepenuhnya adalah kesengajaanku bahwa memanng demikian adanya". Buat yang bernama Alex dan Robert, no offense bro..piss..hehehe Kenapa cerita kali ini harus diawali dengan tetekbengek diatas? Karena Alex dan Robert kedua nama yang 'ganteng' itu adalah milik kucing-kucing tercintaku. Aku pecinta kucing, papaku juga, dulu eyang punya banyak sekali kucing. Adikku mencintai kucing lebih pada karena keinginan 'mengeksploitasi'nya, sedang mamaku ? wah! kucing? hush !! hush!! pergi sana !! Ketika seekor kucing kampung berbulu abu-abu dipungut papa dari pinggir jalan, kami semua,kecuali mama, dengan alasan masing-masing, kegirangan. Kucing ini lumayan 'ganteng' setelah kumandikan, dan dia penurut sekali , papa memanggilnya Robert, jadilah si ganteng bernama Robert. Beberapa tahun kemudian Robert hilang,menurut tetangga depan rumahku, ada pasangan yang istrinya hamil tua yang memungutnya ketika Si Robert sedang asik berjemur di depan rumah. Aku menangis kehilangan Robert. Aku berjanji tak ingin punya kucing lagi agar tak menangis bila kelak kehilangan. Tapi papa kembali memungut kucing kecil, kali ini berbulu coklat dekil yang pup di sembarang tempat. Segera kubuang kucing kecil itu ke pasar dekat rumah. Ketika tiba2 seekor kucing manis berbulu hitamputih masuk rumahku dan bermanja2, aku sudah tak berniat memelihara kucing lagi, apalagi mama bilang awas hati2 virus tokso! Si hitamputih ini sama penurutnya dengan Robert. Kami, seperti biasa dengan papa sebagai pencetus ide, kemudian memanggilnya Alex. Nama yang tak kalah ganteng nya kan? Dia ini setia sekali, dia ikut begadang menemaniku mengerjakan tugas2 kuliah sampai jauh malam, dia biasa tidur melingkar diatas printer 'kereta api' ku, mungkin hangat disana. Mama, diakui atau tidak, lama kelaman juga jatuh cinta pada Alex. Mama yang pertama ribut kalau makanan Alex habis atau bulunya mulai dekil. Ketika Alex sakit dan akhirnya mati,kami semua kehilangan. Sekali lagi aku menangis, dan kembali berjanji pada diri sendiri untuk tak memelihara kucing lagi, tidak bila kelak aku harus menangis karena kehilangan sekali lagi. Kucing2 ku mengajarkan sesuatu padaku bahwa bagaimanapun, disiapkan atau tidak, kita tak pernah merasa siap untuk kehilangan...

2 comments:

Anonymous said...

:(( ceritamu mengharukan. dari ceritamu aku belajar satu hal, meskipun kita janji gak mau jatuh cinta lagi, toh saat cinta menyergap, kita gak bisa menolak :( jijay gak sih? :p

May said...

iya, seperti ketika aku jatuh cinta ma Alex setelah berjanji tak kan jatuh cinta lagi setelah kehilangan Robert...banyak hal yang kita pikir kita bisa mengendalikan, ternyata... ketakutan akan kehilangan tak membuat kita urung jatuh cinta.. selamat jatuh cinta Yan..hehe