Pages

Tuesday, March 01, 2005

Miss Angkot !

Miss Angkot ? Yup ! Predikat itu kusandang setidaknya sampai setahun terakhir. Kenapa ? karena aku yang tak bisa mengendarai apa2 secara otomatis selalu menggunakan angkot sebagai sarana mobilisasi. Bayangkan saja pernah suatu kali ketika sedang dalam perjalanan panjang yang berliku menuju kampus tercinta di belahan lain surabaya, diawali oleh obrolan ringan dengan penumpang sebelahku yang menanyakan rute angkot yang sedang kami tumpangi, maka entah karena melihat kepiawaianku menjelaskan rute atau hanya karena wajahku yang bak kenek angkot, satu demi satu penumpang mulai bertanya rute2 angkot seantero surabaya...Banyak yang 'iba' karena ketidakmampuanku mengendarai apa2 sehingga untuk pergi ke tempat yang sebenarnya tidak begitu jauh mengharuskanku berputar2 dengan angkot dari satu terminal ke terminal lain, tapi aku bersyukur, bahkan sekarang aku merindukan saat2 ber-angkot ria. Sudah menjadi kebiasaanku untuk mencoba semua angkot dari dan menuju ke komunitas baruku, misalnya ketika pertama kali masuk kuliah kucoba semua angkot dari dan ke daerah keputih dan sekitarnya ke daerah rumahku, hasilnya ? kudapatkan rute tercepat dengan berbagai jalur alternatif lain, dan ini berguna sekali kelak. Dengan berangkot aku bisa memotret atau bahkan merekam banyak hal. Tidak jarang ketika kebagian duduk di depan, Sang Supir entah kenapa menceritakan masalah keluarganya padaku, mungkin dia sedang 'penuh', atau bahkan kuketahui kemudian bahwa supir angkot yang sedang kutumpangi ternyata seorang sarjana ! Banyak kejutan yang kujumpai dengan ber-angkot. Pernah suatu ketika aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu berjilbab yang sangat bersahaja, dari obrolan dengannya kuketahui ternyata dia istri seorang Manajer di perusahaan terkenal yang juga seorang Kepala Sekolah yang juga Master di bidang Kimia, yang sepertiku sekarang ini, merindukan naik angkot sehingga menyuruh supirnya untuk pulang sendiri. Dia 'mengajarkan' padaku caranya mengajari anak-anaknya bersyukur, suatu saat di tengah hujan lebat diajaknya dua anaknya yang masih SD berpayung dan bermantel berjalan-jalan menembus hujan mengitari komplek perumahan sampai ke perkampungan yang berbatasan dengan kompleknya. Perkampungan itu kebanjiran, penduduk sedang beramai-ramai mengeluarkan air dari dalam rumah dan 'membendung'nya dengan kayu dan triplek seadanya. Dia mengajak kedua anaknya membantu salah seorang ibu yang sedang sibuk menguras. Setelahnya,diajaknya kedua bocah itu bersyukur karena tinggal di perumahan yang tidak kebanjiran dan karena banyak hal lain, bersyukur karena nikmat Allah yang tak ternilai. Saat itu aku seperti diingatkan untuk sekali lagi bersyukur padaNya, bersyukur karena tak bisa mengendarai apapun memberiku kesempatan belajar lebih banyak hal. Alhamdulillah ya Allah, Engkau mengajariku banyak hal lewat banyak hal tak terduga...(aku jadi makin rindu saat2 berangkot..)

1 comments:

Anonymous said...

kamu musti sering2 nulis :> asik bacanya :D